tentang waktu

Bersama waktu…

Matahari yang terbit setiap harinya itu tetaplah matahari yang sama dengan yang kemaren. Bumi yang diinjak inipun masih bumi yang sama. Begitupun rembulan yang kadang sabit kadang purnama sesuai masanya itupun tetaplah rembulan yang sama. Apa jadinya jika hari hari kitapun ternyata diisi oleh kejadian kejadian yang sama setiap hari?

Tuhan mencintai kita. Ia memberikan hadiah kepada penghuni dunia. Hadiah itu bernama waktu. Dengan waktulah kita akhirnya terhindar dari kebosanan. Cobalah sedikit membayangkan, manusia, kita, hidup dalam rupa yang sama. Rumah yang sama. Gerak yang sama, semuanya sama. Akan seperti apa berlipat lipatnya kebosanan melanda.

Beruntung Tuhan anugrahi kita hadiah bernama waktu. Hadirnya merubah semua hal di dunia. Bahkan Tuhanpun bersumpah atas nama waktu. Hadirnya mewarnai dengan warna warni perbedaan pada setiap hal yang dilaluinya. Memberi rentang pada hal bernama malam dan siang, tinggi dan rendah, miskin dan kaya, bagus dan buruk, kini dan nanti, panjang dan singkat, tua dan muda, dan hal lainnya. Ada yang berjaya melaju dengan kendara waktu, ada yang ditinggalkan oleh waktu. Waktu merubah semuanya. Bahkan waktu juga menyifati dua hal berlawanan itu kedalam dirinya. Waktu tak hanya mewarnai dimensi ruang. Waktu juga merasuk hingga sudut sudut terdalam kehidupan.

Dengan sifatnya terkadang Ia teramat jahat, namun tak jarang berperan obat. Waktu juga sering menjadi penyebab dan tak jarang pula menjadi akibat. Pada akhirnya semua hal diserahkan kepada waktu. Entah itu dalam wujud kepasrahan ataupun hanya sekedar alat kendara.

Waktu adalah ‘tangan kanan’ Tuhan. Manusia bertekuk lutut kepadanya. Tak ada yang bisa takhlukkan waktu. Waktu punya beragam wajah pada tiap dimensinya. Karena itu, manusiapun jadi terbiasa berburu waktu. Memburu waktu agar bisa sampai pada ruang bernama kehendak, ingin, impian, cita cita.

Pada ruang bernama tujuan. Karena waktu manusia mengenal tujuan. Karena waktu manusia menanam impian. Waktu adalah keranjang berlari. Menempel pada setiap diri. Ada yang memenuhinya dengan bawaan bawaan berarti, ada juga yang membiarkannya kosong tanpa isi.

Waktu membuat manusia berfikir, kemanakah Ia akan dilarikan waktu? Dimana dimensi ruang akhir itu berada. Sejauh apakah jaraknya. Secepat apa harus berlari. Tuhan mencintai kita. Sebelum semua tanya menemukan jawab, Ia telah lebih dulu menurunkan peta arah. Namun ada yang patuh mengikuti, ada juga yang sok tau tak tau diri.

Akhirnya hanyalah waktu yang tau. Di ruang mana rahasia itu tersimpan. Entah dkehidupan ini ataukah dikehidupan mendatang. Kita hanya perlu jadi diri sendiri menyonsong hari depan.

Kepada waktu kutitipkan beribu impian…