Menang Lomba (Novel)

Bismillah..
Sudah lama gak update blog inih. Semoga masih ada yang berkunjung n dapat sesuatu yang bermanfaat dari laman ini, ya, hehe..


Bayqlaa, sebenarnya banyak hal yang ingin saya tulis di sini, tapi ya gitulah, gak sempat. Tepatnya sih malas huhu…maafkeun. Kali ini saya mau berbagi kebahagiaan saja, kalo berbagi derita pasti pada gak mau kan? Hoho…
Jadi september lalu ada pengumuman novel pemenang di lomba yang diadain Taman Budaya Sumbar (Dinas Kebudayaan Sumbar). Alhamdulillah! Namaku masuk. Ini hasil workshop sastra yang digelar dinas kebudayaan pada bulan maret lalu yang dikawal sastrawan Benny Arnas. Saya pendam dulu berita ini sampai hari H-nya hihi..

Nah, setelahnya menyusul undangan dikirimin Bang Ade Ragdi untuk peluncuran buku pada 2 Oktober 2023 bersamaan dengan pembukaan Pekan Budaya Daerah Sumatra Barat 2023.
Trus saya tanyalah rundown acaranya. Ada niat gak hadir sih hihi. Kebetulan saat itu lagi gak enak body. Lagi musim demam saya pun ikutan panas tinggi sampai menggigil. Ngigau juga hiks. Kepala berat, semua otot nyeri, mata mau melotot rasatnya saking panasnya. Gak enaklah.

Nah, tahulah saya, acaranya malam, ding! Mana lokasinya outdoor pinggir laut pula. Angin lagi kencang-kencangnya. Makin galaulah saya. Sempat maju mundur mau ikutan. Trus si Yui sama Haris manas-manasin buat ikutan saja. rugi kalau gak muncul di peluncuran buku sendiri #jiaahh.. Jadilah kuat-kuatin badan untuk ikut dengan beberapa dramanya haha…


Sampai Padang sore. Sengaja naik kereta api sore. Eh keretanya pake nabrak orang sampai meninggal segala hiks. Lalu berlanjut ke drama berikutnya, saya dan Yui bingung mau nginap di mana. Numpang ke saudara, ya gitulah, sungkan ngetok rumah orang tengah malam. Pulangnya jam satu malam soalnya. Akhirnya nyewa kamar dekat-dekat lokasi. Saya udah bayangin bakalan tumbang selama acara. Eh benar, malamnya sebelum sampai tambud saya muntah-muntah ding haha…


Untunglah pas ketemu nasi hangat n air panas mualnya ilang. Pelan-pelan anginnya keluar. Duh, setepar itu masih ketawa-ketawa lho. Ini pake prinsip, badan boleh tepar, tapi semangat tetap empat lima heheh..


Trus ngojek ke tambud n kagetlah saya, betapa ramainya acara pembukaan pekan budaya inih. Itu orang-orang datang dari mana coba. Sampai gadung empat lantai depan panggung terisi semua. Banyak seniman unjuk kebolehan. Ada tarian Mentawai juga ding. Ada grup Darak Badarak yang lagi naik daun itu juga.Ihh seru. Sayang saya gak dapat tempat nonton strategis. Cuma lihat sekilas doang sama sibuk urus adm ini itu hihi.. Pecahlah pokonya.
Ohya, acara ini dihadiri sejumlah pejabat juga, ada pak wagub juga, kadis, dan lainnya, saya gak perhatiin betul. Penuh banget. Trus habis setor muka kita disuruh siap-siap mau naik ke panggung sebagai seremonial launching buku pemenang novel huhu… Mana tampang kucel rada pucat. Tapi tetap hajar dong. Anehnya ini jantung kalem aja. Gak ada grogi atau apalah. Di luar kebiasaan ini haha. Anteng aja, gak dagdigdug samsek. Ajaib ckckck hihi..


Karena bukunya belum selesai cetak, kita dikasih cover berbingkai cakep sebagai simbol launchingnya. Ih, seru juga lihat Cebe (judul novel sy) itu dibingkai gede. Kalau ingat proses nulisnya pengen nangislah huhuhu… Itu naskah dempet sama pengerjaan naskah lain.


Jadi sehabis booklab Litara n Let’sread saya lolos seleksi peserta workshop sastra tambud ini. Yang lain lewat jalur pemkot/pemkab saya jalur mandiri alias daftar sendiri. Trus iseng daftar workshop puisi di Pusnas Bung Hatta. Alhamdulillah lolos juga, peringkat tiga ding hihi..#kokbisa


Nah, di momen ini juga dibuka tuh even GLN. Semacam lomba nulis buku anak, tepatnya pictbook yang tiap tahunnya heboh. Juga ada even lomba lainnya. Saya borong semua dong. Ini momen yang ditunggu tunggu semua orang. masak saya lewatin gitu aja. Kan harus berjuang dulu baru boleh mundur ya? Hoho.. maruknya.
Dan, berita serunya lagi, semua masa penulisan naskah-naskah beda beda genre ini melewati bulan puasa. Jadi dalam sekian bulan itu saya harus selesaikan novel, picbook dua biji, kumcer tema steam, puisi empat biji tema Bung Hatta, beberapa sinopsis, dan artikel yang gak sempat dikirim karena kelewat deel.


Bayangkan, pagi sehabis sahur saya pegang naskah novel yang jor joran ngumbar kalimat. Siangannya pegang picbook yang jumlah katanya gak boleh lebih dari tujuh kata per kalimat. Kontras banget! Saya yang pemula ini terjumpang-jumpang (istilah apa ini yak? heuu) Lalu riset ini itu untuk yang lain. semua saya kerjain dalam sekali waktu karena deadlinenya yang nyaris berbarengan.


Jangan tanya kondisi kepala yang dah berasap-asap. Pengen meledak rasanya. Tapi anehnya walau dikerjain saat berpuasa, gak makan dan lemas, malah saya kayak dikasih tenaga tambahan. Saya jadi disiplin dan bisa aja gitu ngatur waktu nulisnya. Padahal banyak kesibukan lainnya selain nulis naskah. Tidur siang, misal #plakk


Saya juga heran kok bisa bagi bagi pikiran ke sebanyak cabang itu. bisa bikin puisi secepat itu, empat biji dengan sub tema beda beda. Padahal biasanya saya butuh momen puitik kalau bikin puisi. Memang benar kata pada ahli itu ya, puasa memang bisa meningkatkan kreativitas. Bisa ningkatin daya fokus. Apa saya sering-sering aja puasa kali ya biar produktif terus hihi..modus.


Benaran lho, saya gak nyangka bisa selesaikan sebanyak itu dalam satu waktu. Walau ada beberapa naskah terpaksa kepending dulu demi ngejar deadline paling dekat. Benar benar keajaiban ramadhan sih ini.


Nah, balik ke novel. Setelah semua deadline selesai, kebetulan novel paling akhir. Saya punya waktu setengah bulanlah buat kelarin. Novel ini yang paling banyak mengalah sih sebenarnya, sering ditinggalin hihi. Karena yang paling di ujung deadlinenya. Dan kalau ditanya bisa baca novel ini di mana, saya belum bisa jawab. Kita tunggu kabar selanjutnya dari dinas.
Masih pengen cuap cuap sih. Tapi energi dah habis nih. Butuh diisi dulu. Kalau mood, kapan kapan cerita lagi ya. Makasi, my dear, dah mampir. Salam sehat dan semangat!

Tinggalkan komentar