Tips Menghadapi Sikap Sombong


Tak ada orang yang sombong. Yang ada hanyalah orang yang sedang menutupi kelemahannya. Berlindung di balik keangkuhan demi terlihat tetap ‘berdaya’ dalam pandangan orang lain. Sepatutnya malah harus dikasihani, sih. Lho, kok bisa?

Belakangan ini sering banget bersinggungan dengan label satu ini, sikap sombong. Saya pikir bolehlah sesekali unjuk pendapat. Syukur syukur bisa ngasih sudut pandang baru, hehe..

“Si anu sombong banget sekarang. Ini itu bla bla….”
“Jangan dekat dekat sama si itu. Dia sombong bla bla….”

Banyaklah ya contoh contohnya dalam keseharian kita. Kadang sudah dibaik baiki malah kitanya yang direndahkan. Sudah susah susah disamperi, eh malah cuek cuek aja, tak dihargai. Kalau ngobrol omongannya selalu meninggi. Sombonglah ya intinya.
Atau malah jangan jangan diri kita sendiri yang bersikap seperti itu lalu dicap sombong oleh orang lain? πŸ˜ƒ

Yang jelas, tak ada enaknya bersinggungan dengan hal di atas. Tapi, apa benar orang sombong malah pantas dikasihani?

Iya, orang yang sombong adalah orang yang patut dikasihani.

Kita tak pernah tahu apa yang sedang bergejolak di alam jiwanya. Apa masalah yang sedang ia alami dan coba tutupi dari pandangan orang lain. Yang baginya mungkin saja itu aib dan tak ingin orang lain memberinya nilai takar rendah jika mengetahui keadaan dirinya.

Tak semua orang bisa tampil jujur apa adanya. Bukankah manusia diciptakan berbeda beda tipe?
Beda beda pembawaan dan sifat. Beda latar belakang, entah itu pola asuhnya, pendidikan yang ia terima, lingkungan yang membentuknya, dll.

Ada memang blueprint, tipe orang yang mudah gengsian. Punya standar diri yang tinggi. Tak mudah berempati, dsb. Nah, ketika blueprint yang beginian ketemu dengan persoalan hidup, di sinilah nilai dirinya ditentukan (dari sudut pandang oleh orang lain).

Sadar atau tak sadar ia akhirnya menampilkan sikap yang kita sebut sombong itu. Meremehkan, manghina orang, merasa diri lebih tinggi ketimbang yang lain. Egois. Menunjukkan gesture angkuh, cuek, atau bahkan sampai ke level mengata ngatai orang lain disertai emosi demi ‘melindungi keringkihan dirinya’ itu.

Sebelumnya, saya tulis ini berdasarkan pengalaman semata n sedikit pengetahuan berkaitan dengan hal ini. Jika ada yang salah atau kekurangan, mohon dimaafkan dan dikoreksi, ya.

Sudah sering saya amati n ketemu orang orang yang dilabeli sombong ini. (Bisa jadi sayalah salah satunya, who knows, kan?πŸ˜‚ ampunnnπŸ™).
Saya penasaran, lalu dengan sedikit bekal pengetahuan (psikologi) random saya cobalah amati lebih dalam. Seperti contoh kasus berikut ini.

Seorang bapak bapak paruh baya. Ada banyak sih sebenarnya, tapi ambil satu aja. Nah, beliau ini kalau ngomong selalu meninggi. Bukan tipe pendengar apalagi mau berempati. Cenderung suka meremehkan lawan bicara. Jaga jarak. Dan tak semua teman temannya senang berdekatan dengannya. Gelar sombong sudah lama melekat padanya. Padahal dulunya baik.

Saya sempat mengamini label dirinya. Terbawa endong (ikut ikutan). Lantas kemudian tersadar. Saya sudah berlaku tak adil (dalam pikiran). Hal ini muncul setelah tau segala permasalahan di keluarganya. Anak perempuannya kawin lari. Anak laki lakinya kecanduan narkoba. Sering cekcok sama istri. Dan mungkin saja masih ada segudang masalah lainnya. Hingga muncullah sikap sikap di atas itu. Vibrasinya jadi jelek.

Sebagai manusia, pastinya tak ada seorang pun yang mau terjebak dalam kondisi buruk seperti di atas. Wallahu’alam. Begitu pun bapak itu. Apa yang keluarganya alami memang cukup mencolok dan ‘mengundang’ penilaian. Ya, sama sama tahulah ya gimana kecenderungan masyarakat kita. Lalu, demi melindungi diri, sadar atau tidak ia membentengi diri dengan sikapnya yang ‘berstandar tinggi itu’ atau yang kita sebut sombong.

Permasalahannya itu pastilah berdampak pada psikis si bapak. Pastinya ada rasa malu, kecewa, marah, gengsi, dan sejumlah rasa rasa yang lain. Entah pergolakan apa saja yang ada dalam ruang jiwanya saya dan yang lain tak pernah tahu.

Dan sejak saat itu, yang muncul dalam diri saya tiap dengar tentang beliau adalah rasa kasihan. Sikap sombongnya selama ini ibarat menara kerupuk saja. Rapuh. Ia hanya sedang menutupi kelemahan dirinya saja. Alfatihah buat beliau yang beberapa waktu lalu telah berpulang.

Dan saya pikir, hal ini jugalah yang sedang dialami jiwa jiwa yang lain itu. Membentengi diri demi terlihat baik baik saja. Tak mau dikasihani dan dianggap gagal dalam kehidupan.

Nah, berikut tips dari saya menghadapi orang bersikap sombong:

  1. Netrallah
    Percayalah, setiap orang itu sebenarnya baik jika dirinya (jiwanya) stabil. Jika muncul sikap buruk, pastilah ada pemicunya. Jadi jangan buru buru dilabeli. Hadapi dengan tenang.
  2. Validasi
    Saya yakin, sombong hanyalah topeng belaka. Jika seseorang sedang meninggi, pamer, atau malah angkuh padamu, anggaplah ia sedang mengemis pengakuan darimu. Validasilah perasaannya itu dengan memberinya persetujuan atau kasih pujian. Niatkan saja sebagai amal baik. Setelah kebutuhannya itu terpenuhi, kemungkinan besar ia akan kembali normal.πŸ˜‚
  3. Diskusi mendalam
    Jika ada yang sombong dan kebetulan kamu masuk dalam lingkungannya, terlibat percakapan, manfaatkan kesempatan. Kamu bisa cari akar permasalahan dengan mengorek kisah hidupnya. Sedikit banyak akan terlihat, kok. Jika bergaul dalam waktu yang panjang, kamu bisa sedikit demi sedikit kasih sudut pandang baru. Tunjukkan pelan pelan, bahwa ia tak perlu pakai topeng lagi atau membangun menara gading lagi. Ingat, perlahan saja, ya. Yang dihadapi manusia, bukan kucing lucu yang langsung takluk dengan umpan ikan hihi βœŒπŸ˜€
  4. Jangan jauhi
    Lho, kok? Iya, emang gak enak sih dekat dekat dengan yang tak sefrekuensi. Apalagi vibrasinya cukup buruk. Tapi apa iya kamu tega? Dia juga manusia yang punya kelebihan (kurangnya kamu pasti udah tahu), punya fase hidup di atas dan di bawah juga sepertimu. Bukankah sesama manusia harus saling mengasihi? Ingat ingat saja peran kekhalifahanmu itu. Jika tak kuat, mau gimana lagi, jaga jarak saja sementara waktu. Asal jangan dimusuhi, ya.
  5. Doakan
    Poin ini paling penting sih. Doakan semua orang yang terlibat dalam hidupmu. Entah teman dekat atau sekedar kenal saja. Percayalah, doa baikmu itu akan kembali padamu.

Udah, segitu saja dulu dari saya. Kalau saya sombong, plisss ingatkan, yakk. Pastilah saat itu jiwa saya sedang tak baik baik saja hehe πŸ˜‚πŸ™