Membudayakan Membaca Sejak Dini Lewat Petualangan Membaca Bersama Let’s Read

Sepulang kuliah saya diajak teman menyusuri hutan jati ke kontrakkannya di pinggang bukit. Untuk urusan perkuliahan. Seperti yang anda bayangkan, suasananya sejuk cenderung dingin. Telinga saya menangkap aliran angin melewati lembah lalu mendesau menggoyang pepohonan sekitar.

Di perumahan sepi itu saya merasa terkurung di tempat terpencil karena antar rumah ke rumah terpisah jarak. Tak ada penghuni yang betah berlama-lama berada di luar rumah.

(gambar: pinterest)

Teramat hening karena jauh dari kebisingan jalan raya. Hujan kemudian turun disertai kilat petir. Lengkaplah sudah. Saya terkurung tak bisa pulang. Saya yang terbiasa tinggal di lingkungan padat dan ramai benar-benar dikepung sunyi teramat senyap. Namun semua berubah saat saya putuskan membunuh waktu dengan membaca buku.

Saya juga mengajak teman saya untuk ikut membaca. Kami hanyut berpetualangan ke belahan dunia lain. Berenang-renang bersama alur cerita. Sesekali terdengar tawa dari mulut saya. Atau di lain waktu saya akan berlinang air mata merayakan kesedihan tokoh cerita. Saya tercerabut dari dunia nyata. Tak terganggu kesunyian perbukitan lagi. Tak mendengar ganasnya hujan menimpa atap rumah lagi. Hingga tak mendengar suara ketukan pintu yang bertanda saya harus pulang karena sudah senja.

Walau raga tak ke mana-mana, tapi sudah sangat jauh saya berpetulangan. Seharian itu saya menamatkan nyaris tiga buku. Rasanya “penuh” sekali. Anda tentu paham apa maksud saya dengan kata “penuh” ini. Ya, semacam kepuasan, senang, nyaman, dan segala perasaan positif lainnya karena sudah mengisi waktu dengan sesuatu yang berguna.

Hingga keesokkannya teman saya cerita. Momen itu adalah catatan rekor baginya dalam membaca. Saya bilang padanya, setelahnya ia akan kecanduan membaca, dan ia membuktikan. Ia lalu nyeletuk bertanya, kenapa saya suka membaca? Saya jawab sekenanya. Mungkin karena ketika bayi ibu saya kecanduan meminjam buku. Terdengar gak nyambung, kan? Hehe.. Tapi sebenarnya ini sangat berkaitan. Ya, walau intensitas membaca saya masihlah biasa-biasa saja.

Namun sebelum saya lanjutkan kisah ini, saya ingin cuap-cuap dulu soal ‘keajaiban’ membaca. Serta alasan-alasan kenapa setiap orang harus membaca buku. Yuk, lanjut.

Membaca Mengubah Struktur Otak
Setujukah jika saya bilang membaca itu bisa mengubah struktur otak? Iya. Ini benar sekali. Kegiatan membaca memang bisa mengubah struktur otak hingga mampu bekerja lebih baik. Boleh dibilang, membaca adalah satu-satunya kegiatan yang mampu mengembangkan fungsi otak. Wow! Bayangkan, dengan hanya membaca otak kita sudah teraktivasi secara keseluruhan. Karena bagian-bagian neorologis otak menjadi aktif.

Peneliti syaraf di Emiry University’s Centre For Neuropolicy juga mengungkapkan hal yang sama. Bahwa membaca membuat hubungan antara korteks temporal kiri, bagian penerima bahasa, mengalami peningkatan. Aktivitas sulkus otak, yang bertanggung jawab pada aktivitas sensorik primer, juga meningkat. Membaca juga melatih fungsi visual, pendengaran, kesadaran fonemik, dan pemahaman. Wah, keren sekali, bukan?

(Ebook Batik Tanah Liek di Let’s Read)

Manusia Makin Cerdas Dari Waktu ke Waktu
Ini kabar baik bagi kita yang hidup di abad moderen ini. Bahwa manusia mengalami peningkatan kecerdasan dari waktu ke waktu. Ini didapat dari hasil penelitian Jim Flynn yang lebih dikenal sebagai Flynn Effect itu.

Lalu, apa yang membuat manusia zaman sekarang lebih cerdas dari manusia zaman dahulu? Jim Flynn bilang itu karena adanya perubahan sudut pandang berpikir orang-orang zaman sekarang. Dimana orang-orang zaman dahulu lebih banyak berpikir secara konkret. Sedangkan orang zaman sekarang cenderung lebih banyak berpikir secara abstrak.

Berpikir konkret itu cara berpikir yang cuma melihat segala sesuatu dari permukaannya saja. Atau bisa dibilang untuk menghafal beberapa fakta saja. Misal, menghafal isi teks tampa ada pendalaman atau pemahaman lebih lanjut. Sedangkan cara berpikir abstrak cenderung lebih dalam dari sekedar berpikir di permukaan. Melibatkan logika seperti kemampuan menarik premis dari sebuah fakta serta kemampuan menyimpulkan. Melibatkan kemampuan mengklasifikasi (mengelompokkan), mempolakan, dan kemampuan berimajinasi atau berandai-andai.

Lalu, apa hubungannya semua itu dengan membaca? Oh tentu saja sangat berhubungan. Saya terngiang-ngiang ucapan seorang penulis dalam sebuah seminar. Jika ingin anaknya pintar matematika, maka ajaklah anak gemar membaca. Dan ternyata ini sangatlah berkaitan. Kemampuan penalaran matematis itu berada di area abstrak otak. Bagian abstrak ini baru teraktivasi jika area bahasa juga berkembang. Nah, sudah terlihat, kan kaitannya? Kesimpulannya, untuk mengaktifkan area abstark, anak harus banyak membaca terlebih dulu.

Ini sejalan dengan hasil penelitian Jim Flynn di atas. Ia bilang, kegemaran membaca karya sastra secara signifikan akan meningkatkan kecerdasan. Abstract problem solving ability atau kemampuan memecahkan masalah dengan konsep abstrak akan meningkat secara signifikan.

Selanjutnya untuk meningkatkan kemampuan berpikir abstrak adalah dengan cara belajar matematika dan sains, serta banyak membaca karya sastra. Nah dengan begitu kecerdasan manusia akan terus meningkat. Kemampuan memecahkan masalah di dunia yang makin kompleks ini juga akan meningkat.

Sejauh ini saya banyak bertemu orangtua yang meragukan manfaat karya fiksi bagi anak mereka. Timbul tanya, apa benar membaca karya fiksi bisa meningkatkan kecerdasan anak?

Mari kita lihat hasil penelitian psikolog kognitif asal Kanada ini, Keit Oatley. Ia menyebutkan bahwa fiksi merupakan simulator penerbangan akal manusia. Dalam penelitiannya terkait pengaruh membaca fiksi terhadap perkembangan otak, ia menyebutkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan sosial setiap kali orang membaca novel atau karya fiksi. Dengan kata lain, membaca karya fiksi bisa meningkatkan kemampuan empati.

Apa yang terjadi, kenapa bisa begitu? Karena pada prakteknya saat orang membaca novel atau karya fiksi, secara tak langsung ia juga ikut merasakan dan terlibat dengan peran tokoh karakter di dalam cerita. Emosinya ikut aktif. Ikut merasakan sedih atau suka cita karakter dalam cerita.

Budaya Membaca Itu Diciptakan
Oh ya, seperti yang saya bilang sebelumnya, saya suka membaca karena ketika bayi ibu saya candu meminjam buku. Saya menuliskan ini sambil terkikik. Karena gak menyangka ternyata memang ada kaitannya. Ibu bilang ia sangat mencandu baca novel ketika mengurus saya saat bayi dulu. Buku-buku itu ia dapatkan dengan menyewa dari kios buku.

Setelah fase itu ia melanjutkan hobinya dengan membaca tabloid yang juga jadi bahan bacaan saya ketika kecil. Maklumlah. Di kampung akses pada bacaan anak sangatlah sulit waktu itu. Koran bungkus ikan asin pun dibaca. Tak seperti sekarang, tersedia banyak buku-buku berkualitas di pasaran. Bahkan sudah banyak beredar buku-buku online yang bisa dibaca lewat gajed di mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja.

Nah, budaya membaca saya ternyata gak bimsilabim, gak serta merta terjadi begitu saja. Hobi mengunjungi pustaka sampai pengalaman diusir satpam toko buku karena ketahuan nongkrong lama baca buku di pojokan bukan tampa alasan. Bersentuhan dengan buku sejak kecil itulah yang jadi kuncinya, pencetusnya. Nah, bisa kita tarik kesimpulan. Budaya membaca itu harus dibentuk atau diciptakan semenjak dini. Dimulai dari lingkungan terkecil. Lalu jadikan kebiasaan ini jadi sesuatu yang tak bisa ditinggalkan. Hingga tak ada hari terlewat tampa kegiatan membaca.

Dari pengalaman beberapa keluarga yang saya kenal, saya juga melihat fenomena yang sama. Anak-anak yang gemar membaca berawal dari orangtua yang juga ikut membaca, atau yang membacakan buku untuk anak-anaknya.

Seperti ungkapan, tak kenal maka tak sayang. Jika tak pernah melihat/berdekatan dengan buku, manalah mungkin timbul kecintaan akan membaca buku. Jadi, mari ciptakan budaya membaca mulai dari diri sendiri dan keluarga. Dimulai sejak usia dini bagi anak-anak kita. Lalu tularkan pada yang lain.

(Dek Najwa sedang menirukan suara burung)

Ini foto ponakan saya, dek Najwa. Anak ini suka sekali nenteng buku lalu minta dibacakan. Dilain waktu ia akan membaca buku dari gajed. Buku picbook fabel jadi kegemarannya. Walau sudah dibacakan berulang-ulang tetap saja ia tak bosan. Kegemarannya yang lain ialah senang bermain peran (berimajinasi), khasnya anak-anaklah, ya. Lalu dengan lidah cadelnya ia memaksa orang-orang sekitar ikut memperhatikan drama ciptaannya. Lucu sekali. 😍

Tips Membudayakan Membaca
Saya punya beberapa tips ringan untuk menjadikan membaca sebagai budaya bagi anak-anak kita. Berikut tipsnya:

*) Sediakan buku bacaan di rumah atau semacam perpustakaan keluarga. Jika perlu taruh buku di banyak tempat. Di ruang tamu, ruang keluarga, kamar, bahkan di dapur sekali pun. Jika setiap hari anak melihat dan menyentuh buku, tentu akan muncul rasa penasarannya terhadap buku. Bagi anak yang belum bisa membaca pun akan tumbuh keinginannya untuk belajar membaca dengan sendirinya. Karena rasa ingin tahunya terhadap buku.

*) Berikan contoh. Anak-anak adalah imitator ulung. Ia bagaikan spon yang meresap apa saja yang terjadi di lingkungannya. Sering-seringlah membaca agar dilihat dan ditiru anak. Jika perlu ceritakan ulang poin-poin bacaan yang sekiranya bisa mereka cerna.

*) Bacakan buku setiap malam. Malam hari adalah waktu yang tepat mengikatkan bonding orangtua dan anak. Salah satu caranya dengan membacakan buku pada anak. Input ilmu pada malam hari konon akan bertahan lebih lama di memori anak.

*) Sediakan bahan bacaan menarik. Sesuaikan dengan kebutuhan usianya. Pada umumnya anak-anak menyenangi kisah petualangan yang memancing rasa ingin tahu mereka. Pada usia lebih belia sediakan buku-buku bergambar yang menarik.

*) Sediakan tempat yang nyaman untuk membaca. Mungkin dengan menyiapkan ruangan khusus yang tenang dan nyaman. Jika untuk sekolahan bisa dengan menyiapkan ruangan yang jauh dari hiruk pikuk serta lengkapi dengan tempat duduk yang nyaman.

*) Mengajak anak jadi anggota perpustakaan daerah. Dengan cara ini akan menimbulkan kebiasaan bagi anak untuk akrab dengan buku. Terlebih saat ini banyak perpustakaan daerah yang menyediakan rak khusus anak yang dirancang menarik. Momen ini juga bisa dijadikan sebagai ajang rekreasi bagi anak. Yaitu, berpetualangan lewat membaca buku.

*) Manfaatkan gajed untuk membaca buku online. Saat ini banyak tersedia perpustakaan online yang menyediakan bacaan anak berkualitas. Seperti platform Let’sread Indonesia yang menyediakan ratusan buku sesuai jenjang umur. Orangtua hanya tinggal unduh aplikasinya di gajed dan bisa memilih ratusan buku sepuasnya.

*) Jadikan buku sebagai kado atau hadiah. Buku bisa dijadikan barang istimewa pada momen-momen istimewa keluarga. Seperti kado ulangtahun atau sebagai hadiah atas keberhasilan anggota keluarga. Dengan cara ini buku akan menjelma jadi barang berharga bagi anak.

Membaca di Perpustakaan Digital
Saya mau sedikit cerita nih soal pustaka digital Let’s Read Indonesia. Let’s Read adalah perpustakaan digital buku cerita anak persembahan komunitas literasi dan The Asia Foundation. Yang diprakarsai oleh Book for Asia yang merupakan program literasi yang sudah ada sejak tahun 1954. Program tersebut menerima U.S Library of Congress Literacy Awards atas inovasinya dalam promosi literasi pada tahun 2017 lalu.

Oh ya, Let’s Read sendiri punya misi untuk membudayakan kegemaran membaca pada anak Indonesia sejak dini melalui tiga poin ini. Pertama, melalui cerita bergambar. Kedua, melalui pengembangan cerita rakyat yang kaya akan kearifan lokal. Ketiga, melaui penerjemahan buku cerita anak berkualitas terbitan dalam dan luar negri ke dalam bahasa nasional dan ibu. Lets’ Read sendiri berfokus pada dua aspek, pendidikan dan seni budaya.

Ada ratusan buku keren, lho, yang bisa dibaca dan diunduh gratis di pustaka Let’s Read ini. Bahasa pengantarnya juga beragam. Ada bahasa Indonesia, Minangkabau, english, bahasa Thailand, bahasa India dan banyak lagi lainnya. Dan ada buku saya juga yang berbahasa Minangkabau dan english. Judulnya Batik Tanah Liek. Silakan mampir jika sedang senggang. Hehe.. Nah, tunggu apa lagi? Buruang unduh aplikasinya di sini

Okeh baiklah, sekian dulu cuap-cuap saya soal membaca dan tips menanamkan budaya membaca bagi anak sejak dini. Dan sekali lagi saya simpulkan bahwa, membaca selain menambah pengetahuan juga bisa meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, kemampuan menemukan pola-pola, dan juga meningkatkan kecerdasan emosi serta empati. So, mari jadikan membaca sebagai budaya kita dan dimulai sejak sekarang.

Referensi: dari berbagai sumber

Foto: koleksi pribadi