Tips Merawat Pakaian   (ketika baju kesayangan dijadikan kain lap)

Tips Merawat Pakaian (ketika baju kesayangan dijadikan kain lap)

Saya percaya tiap kita punya barang kesayangan, ‘sezuhud’ apapun itu individu. Seperti halnya saya yang punya satu baju kaos oblong kesayangan. Usianya melebihi satu dekade. Sudah terkorosi, bolong banyak (sana sini) di bagian punggungnya. Mungkin karena tak tahan oleh asam (kimiawi) keringat. Warnanya tentu tak secerah dulu. Aromanya? Entahlah. Tentu saja ada aroma khas pada tiap tubuh pemakai baju, sebersih apapun pencuciannya. Dalam seminggu, mungkin ada tiga sampai empat kali saya memakainya. Jangan tanya pendapat orang serumah, sudah bebal kuping saya oleh keluhan mereka. Hehe…

Saat hati gundah, sehabis mandi, berbenah, saya akan kenakan baju belel kebanggaan itu. Lalu meringkuk memeluk guling di tempat tidur. Kamu tahu apa yang saya rasa setelahnya? Ya. Rasanya seperti perantau yang bertahun-tahun tak mudik, lalu tiba-tiba berada di kampung halaman bersama orang-orang tercintanya. Hangat. Nyaman. Tenang. Entah perasaan apa lagi lah namanya. Saya seperti berada di rumah setelah tercerabut jauh dari bumi. (diculik alien kali, ya? 😉 )

Seperti itulah saya memperlakukan satu baju itu. Entah kenangan apa yang saya lewati di masa dulunya saat mengenakan baju itu.

Lalu, pernahkah kau alami, semacam situasi, tak sengaja memergoki orang terkasihmu Baca lebih lanjut

Untuk Sahabat

Apa bagimu arti sahabat? Yap. Ia, mereka, sahabat ialah yang selalu hadir dalam ruang terang dan gelap. Tapi bagiku sahabat lebih tinggi dari pengertian itu. Mereka seperti kiriman Tuhan yang datang tampa pambrih. Menawarkan telinga untuk kuisi keluh kesah. Melapangkan hati menerima kehadiranku yang berhati sempit. Menjulurkan tangan kala tak segerak pun aku mampu berdiri lagi. Menghapus bulir bening yang berhamburan dari kelopak mataku. Mereka tawarkan asa yang tak sejumput pun mampu kulihat dalam kelam. Menyoraki, masih ada hari esok yang penuh warna-warni. Menyemprotiku dengan semangat gempita. Memancing tawaku. Mengurai yang tak mampu kuurai. Semua kata kerja-kata kerja itu belum dan tak akan pernah tuntas menggambarkan arti kalian bagiku. Cukup kunyatakan, kalian adalah hadiah terindah yang dianugrahkan Tuhan dalam hidupku. Kalian adalah terang yang selalu saja tiba-tiba hadir tanpa kupinta. Ketulusan kalian telah teruji waktu. Ya, kadang kala memang ada saja momen menyebalkan. Ada saja yang membuat kita jadi renggang. Dan dengan jarak-jarak sementara itu pulalah kita saling menatap di kejauhan. Kalian selalu hadir seperti angin yang ditiupkan Tuhan kala dadaku sesak. Terkadang ada timbul ragu dalam benakku, benarkah kalian selapang itu menerima ke-taksempurnaanku? Lalu tanyaku bagai debu dihembus angin, sirna begitu kalian tampakkan rupa kasih tulus. Kalian telah teruji waktu. Kalian harta berhargaku. Ada kalanya kutunjukkan pongahku pada dunia. Aku tegar. Aku bisa sendirian. Aku mampu. Lalu kalian tiba-tiba hadir di sisiku, membisikki, “Kami datang untukmu, kami tahu kau tak sekuat itu. Kau hanya berpura-pura, jujurlah!” mengalahi lari kilat, benteng pasir di hatiku pun seketika runtuh tak berdaya. Aku memang tak pandai berbohong pada kalian. Bagi kalian aku bak kaca bening yang selalu bisa kalian baca dan terawang. Terkadang aku sengaja sembunyi dari kalian. Dan entah bagaimana caranya, kalian selalu menemukankanku di sudut terkelamku. Kalian selalu hadir tepat waktu, disaat jurang kehidupan nyaris menelanku. Kepekaan kalian terkadang membuatku iri. Aku juga ingin melakukan hal yang sama pada kalian. Namun di dunia ini ada tempat yang tak bisa tertukar, atau mungkin hanya bisa kuperankan suatu saat kelak. Dikala bahu ini telah terbangun kokoh, dikala dada ini menjelma kuat. Aku akan hadir mengambil tempat itu. Kepada kalian sahabat terindah, aku tak memliki apapun lagi sebagai penghargaan tertinggi selain ucapan terima kasih. Terima kasih telah hadir dalam terang dan gelapku. Terima kasih untuk segala kebaikkan kalian kemaren, kini, dan nanti. Terima kasih telah jadi sahabat baikku. Terima kasih telah menerimaku apa adanya. Doa terindahku selalu untuk kalian, semoga Allah Ta’ala berkahi pertalian ini hingga kita tua kelak, hingga nafas ini terhenti, hingga ke taman surgaNya kelak! From the buttom of my hearth, terima kasihku selalu untuk kalian…

Hukum Berat Pengedar (distributor) Narkoba! (sedikit pengalaman berkaitan tentangnya)

Masih hangat, media ramai membicarakan eksekusi mati para bandar besar narkoba. Freddy Budiman, namanya mencuat, terlebih setelah pengakuannya terkait terlibatnya oknum aparat dalam bisnis haram ini. Setelah eksekusi mati dijalankan, bertebaranlah artikel di media sosial, betapa dasyatnya taubat seorang bandar besar. Lafaz takbir ia ucapkan di akhir nafasnya. Qatam Quran beberapa kali ia tunaikan. Penampilan diubah. Ibadah terlaksana. Lalu beramai-ramailah jamaah fesbukiyah dan medsos lainnya membagikan, memuji betapa dasyatnya tobat seorang hamba.

Di sisi lain, pejuang hak azazi berupaya meringankan hukuman mati perempuan pengedar yang katanya hanya korban. Berbagai pertimbangan meringankan dicuatkan ke permukaan, demi batalnya hukuman ‘door.’

Baca lebih lanjut