Untuk Sahabat

Apa bagimu arti sahabat? Yap. Ia, mereka, sahabat ialah yang selalu hadir dalam ruang terang dan gelap. Tapi bagiku sahabat lebih tinggi dari pengertian itu. Mereka seperti kiriman Tuhan yang datang tampa pambrih. Menawarkan telinga untuk kuisi keluh kesah. Melapangkan hati menerima kehadiranku yang berhati sempit. Menjulurkan tangan kala tak segerak pun aku mampu berdiri lagi. Menghapus bulir bening yang berhamburan dari kelopak mataku. Mereka tawarkan asa yang tak sejumput pun mampu kulihat dalam kelam. Menyoraki, masih ada hari esok yang penuh warna-warni. Menyemprotiku dengan semangat gempita. Memancing tawaku. Mengurai yang tak mampu kuurai. Semua kata kerja-kata kerja itu belum dan tak akan pernah tuntas menggambarkan arti kalian bagiku. Cukup kunyatakan, kalian adalah hadiah terindah yang dianugrahkan Tuhan dalam hidupku. Kalian adalah terang yang selalu saja tiba-tiba hadir tanpa kupinta. Ketulusan kalian telah teruji waktu. Ya, kadang kala memang ada saja momen menyebalkan. Ada saja yang membuat kita jadi renggang. Dan dengan jarak-jarak sementara itu pulalah kita saling menatap di kejauhan. Kalian selalu hadir seperti angin yang ditiupkan Tuhan kala dadaku sesak. Terkadang ada timbul ragu dalam benakku, benarkah kalian selapang itu menerima ke-taksempurnaanku? Lalu tanyaku bagai debu dihembus angin, sirna begitu kalian tampakkan rupa kasih tulus. Kalian telah teruji waktu. Kalian harta berhargaku. Ada kalanya kutunjukkan pongahku pada dunia. Aku tegar. Aku bisa sendirian. Aku mampu. Lalu kalian tiba-tiba hadir di sisiku, membisikki, “Kami datang untukmu, kami tahu kau tak sekuat itu. Kau hanya berpura-pura, jujurlah!” mengalahi lari kilat, benteng pasir di hatiku pun seketika runtuh tak berdaya. Aku memang tak pandai berbohong pada kalian. Bagi kalian aku bak kaca bening yang selalu bisa kalian baca dan terawang. Terkadang aku sengaja sembunyi dari kalian. Dan entah bagaimana caranya, kalian selalu menemukankanku di sudut terkelamku. Kalian selalu hadir tepat waktu, disaat jurang kehidupan nyaris menelanku. Kepekaan kalian terkadang membuatku iri. Aku juga ingin melakukan hal yang sama pada kalian. Namun di dunia ini ada tempat yang tak bisa tertukar, atau mungkin hanya bisa kuperankan suatu saat kelak. Dikala bahu ini telah terbangun kokoh, dikala dada ini menjelma kuat. Aku akan hadir mengambil tempat itu. Kepada kalian sahabat terindah, aku tak memliki apapun lagi sebagai penghargaan tertinggi selain ucapan terima kasih. Terima kasih telah hadir dalam terang dan gelapku. Terima kasih untuk segala kebaikkan kalian kemaren, kini, dan nanti. Terima kasih telah jadi sahabat baikku. Terima kasih telah menerimaku apa adanya. Doa terindahku selalu untuk kalian, semoga Allah Ta’ala berkahi pertalian ini hingga kita tua kelak, hingga nafas ini terhenti, hingga ke taman surgaNya kelak! From the buttom of my hearth, terima kasihku selalu untuk kalian…

Tinggalkan komentar