Cara Menghadapi Global Warming (pemanasan global)

earth.freeimages.jpg

Kelembaban udara yang tinggi membuat kita cepat gerah meski suhu tak setinggi diaerah beriklim panas sana. Yap. Sudah beberapa malam di awal tahun 2016 ini saya selalu terbangun dari tidur karena kepanasan. Rupanya cerita ini tak hanya dialami oleh saya saja. Orang-orang di sekitar, bahkan teman-teman di sosial media juga mengeluhkan hal sama. Suhu di Sumbar rata-rata 31-33 derjad celcius, kadang meningkat hingga angka 34 derjad celcius. Di ponsel saya memasang dua daerah untuk pantauan suhu harian, satu untuk suhu di Sumbar satu lagi Jakarta. Sengaja saya pasang begitu untuk jadi pembanding.

Karena gerah berkepanjangan ini banyak rumah yang akhirnya berpindah dari pendingin kipas angin biasa ke pendingin AC. Tentu akan lebih nyaman jika pakai AC. Namun sadarkah kita apa yang sebenarnya sedang terjadi di bumi ini, serta efek domino yang ditimbulkan AC?
Entah kenapa setiap menyebut isu global warming (pemanasan global) setiap itu pula kalimat itu lenyap ditelan angin. Hey dear, ini kenyataan. Bumi kita diambang kepunahan. Ilmuan dan para pemimpin dunia sudah berkali-kali mengadakan pertemuan membahas isu ini. Kita, manusia terlalu bernafsu merusak bumi. Mengeruk harta dengan cara menyakiti bumi. Efek rumah kaca itu bukan isapan jempol belaka. Simak deh berita tentang mencairnya es di Antartika, mengerikan.

Mungkin simulasi efek rusaknya bumi bisa sedikit membantu kita untuk lebih peduli pada lingkungan. Simulasinya ada di sebuah novel, berjudul Hujan oleh Tere Liye. Efek itu seolah nyata di mata saya. Kemajuan teknologi berbanding terbalik dengan keawetan bumi. Secara keseluruhan, di novel tersebut digambarkan bumi memanas dari waktu ke waktu. Iklim negara tropis berubah dan berdampak pula pada lahan pertanian yang tak lagi cocok ditanami padi. Meletusnya gunung purba, setara gunung tambora, menambah efek dramatis dalam cerita. Hey, tunggu dulu, saya tidak sedang promoin novel ya. Seperti diawal saya bilang, ini simulasi saja agar gambaran efek rumah kaca itu terlihat utuh di kepala kita. Dan, kemudian para pemimpin dunia sana mengintervensi lapisan stratosfer. Saat itu bumi kelam, negera-negara subtropis membeku karena salju tak berhenti turun sepanjang tahun. Rakyat sana kelaparan. Indonesia yang beriklim tropis tak kalah dinginnya. Bahkan salju juga sempat turun. Hal ini menimbulkan dampak panjang bagi kehidupan. Pertanian gagal, rakyat kelaparan. Pemerintah makin terdesak oleh kemarahan rakyat yang mulai brutal. Lalu diputuskan jugalah intervensi dengan menebar zat-zat pencerah cuaca di angkasa sana. Sesaat matahari muncul lagi. Rakyat bergembira. Namun keadaan ini tak lama. Dari seluruh penjuru dunia dilaporkan tak seponjok pun awan terlihat. Langit bersih cerah. Bayangkan, seluruh langit biru tanpa awan di seluruh dunia. Matahari makin garang dari hari ke hari. Air mulai sulit di dapat. Hujan jadi peristiwa langka yang tak mungkin terjadi lagi. Kekeringan mengancam pertanian. Pemimpin dunia mulai menuai egonya.
Lalu di sebuah laboratorium rahasia di beberapa tempat di dunia, para ilmuan mengulangi sejarah Nabi Nuh as. Proyek kapal luar angkasa dirancang diam-diam. Teknologi yang canggih mengacak warga terpilih dari seluruh dunia. Mereka yang terpilih akan beragkat ke luar angkasa dengan kapal bahtera. Menjadi penerus generasi bumi selanjutnya. Lalu bagaimana dengan penduduk bumi yang tak terpilih ikut? Merana. Perlahan bola garang matahari memanggang satu persatu warga bumi. Air mengering. Pertanian gagal. Hewan musnah. Es kutub mencair. Udara tak terkira panasnya. Namun tidak begitu dengan sepasang kekasih yang memilih tinggal, Esok dan Lail.
Kelak, saat bumi telah usai terpanggang, dengan sendiri planet ini akan kembali mendingin. Kembali hijau seperti sedia kala. Dan saat itulah kapal bahtera akan turun lagi ke bumi, melanjutkan sejarah peradaban manusia di bumi. Jika kamu sudah baca novel ini dan tinggal di Sumbar juga, mungkin akan berpikiran sama seprti saya. Global warming itu dari hari ke hari menunjukkan rupanya. Panas sekali akhri-akhir ini. Bukan mengeluh, anggap saja ini laporan cuaca sari saya. 😉

Lantas, bisakah pengrusakkan bumi ini di cegah?
Berat sekali menjawabnya, saya bukan ahlinya, gaya hidup kita yang mengaku moderen ini sungguh membuat tingkat pesimistis itu makin menebal. Namun peluang itu ada, dan pasti bisa. Kita bisa mencegah global warming.
Cara berikut semoga bisa mempertebal optimistis kita terhadap masa depan bumi;

Hal pertama ialah dengan menanamkan kesadaran bahwa bumi ini tanggung jawab kita.
Dengan kesadaran ini maka langkah-langkah pencegahan akan mudah untuk dilakukan. Berikut langkah-langkahnya;
Hijaukan bumi
Sejauh ini mayoritas ilmuan dunia sepakat bahwa penyumbang terbesar efek rumah kaca adalah timbunan senyawa CO2 (karbondioksida). Meski ada ilmuan yang berpendapat sebaliknya, bahwa penyebab global warming karena adanya gangguan radiasi pada matahari, namun kedua pendapat tersebut sama saja menurut saya. Sama-sama menimbulkan bahaya. CO2 yang mendominasi akan membuat bumi terlapis, seperti kita berada dalam ruang kaca yang ditembaki sinar matahari. Panas yang masuk tertahan karena terhalang oleh selubung kaca (CO2) di langit bumi. Akibatnya panas yang terkurung membuat bumi memanas.
Berikut hal-hal yang berpotensi menyumbang CO2 ;
Berkurangnya lahan hutan
Dari waktu ke waktu luasan hutan dunia makin berkurang. Itu artinya penyerapan CO2 oleh tumbuhan juga semakin kurang. Tak hanya itu, menyusutnya lahan hutan juga berdampak buruk bagi kehidupan hewan. Ekosistem terganggu. Rantai makanan terganggu. Untuk itu perlu ditanamkan kesadaran bersama bahwa hutan itu sangat penting bagi kehidupan manusia. Merusaknya sama dengan meracun diri sendiri.
Hemat menggunakan kertas.
Seperti yang kita ketahui, bahan baku kertas terbuat dari tumbuhan. Jika kita bisa menghemat kertas berarti kita bisa meminimalkan penebangan pohon. Begitupun dengan tissu, usahan untuk tidak boros menggunakan tissu.
Budidayakan Bambu
Bambu dipercaya menyerap CO2 lebih banyak ketimbang tanaman lain.
Rajin menanam pohon.
Paling tidak di halaman rumah ada tumbuhan hijau meski hanya menanam di pot bunga saja. Galakkan untuk menanam seribu batang pohon perkurun waktu tertentu. Pada suku pedalaman (suku Mentawai) kita bisa belajar bijak. Saat mereka menebang satu pohon, mereka akan menanam gantinya dua batang pohon. Saat menebang mereka pakai sistem tebang pilih, tidak sembarangan.
Tidak membakar hutan
Rasanya bosan sekali membahas yang satu ini. Hampir tiap tahun selalu terjadi kabut asap karena pembukaan lahan.
Kurangi emisi pembakaran bahan bakar fosil
Gas pembuangan dari kenadaraan bermotor dari bahan bakar fosil berperan besar dalam meningkatkan jumlah CO2 di udara. Akan lebih bijak jika kita lebih banyak menggunakan angkutan umum saja.
Pembuangan limbah
Pemanasan global sudah dimulai sejak lama dan semakin meningkat saat terjadinya revolusi industri. Melimpahnya limbah pabrik/industri terbukti menimbulkan kerugian bagi lingkungan. Sepatutnya tiap industri seluruh dunia menerapkan sistem industri hijau demi masa depan bumi.

Ketahui dampak efek global warming
Global warming tak hanya menyebabkan gerah. Tapi juga menimbulkan kerusakan pada banyak hal. Saat panas tertahan, es di kutub akan semakin cepat meleleh. Permukaan laut akan naik, merendam pulau-pulau, mengurangi daratan di berbagai belahan dunia. Ekologis terganggu. Rantai makanan terputus. Serta banyak lagi dampak besar yang ditimbulkan. Masih lamakah kerusakan itu terjadi? Tidak. Saat ini tahap-tahap itu sudah semakin menampakkan batang hidungnya. El nino menimbulkan kerusakan di berbagai daerah. Banjir, badai, gelombang panas, peningkatan suhu sudah terjadi dimana-mana. Semakin rakus menebang hutan, semakin cepat kerusakan besar itu terjadi.

Gaya hidup
Semakin canggih kemajuan zaman semakin manusia seakan terpisah dari alam. Ruangan yang dulu cukup adem dengan membuka jendela lebar-lebar saja, kini sudah tak cukup menyejukkan lagi. Manusia sudah mengenal AC. Dengannya tak ada lagi peluh yang menetes mengotori baju. Adem. Tak hanya sejuk di badan AC juga dipercaya sanggup menyejukkan hati dan pikiran. Tidur jadi lebih nyaman. Namun, dibalik kemudahan dan kesenangan itu ada bahaya lain yang ia timbulkan. CFC pada AC ikut menyumbang terbentuknya efek rumah kaca. Tentu akan lebih bijak jika menggunakan AC secukupnya saja. Matikan jika tak berada di ruangan. Atau cari altelnatif lain sebegai pendingin ruangan.
Laju kehidupan yang kian cepat memaksa manusia untuk ikut berlari kencang mengikuti arus kemajuan dunia moderen. Manusia berlomba-lomba mencipta kemudahan. Contohnya pada alat transportasi. Kemana-mana harus pakai kendaraan, padahal jaraknya dekat, cukup ditempuh dengan jalan kaki yang menyehatkan badan.
Kantong plastik.
Saya mendukung agenda ‘memahalkan’ kantong plastik yang digalakkan baru-baru ini. Sampah plastik tak cepat terurai oleh bumi. Saya pernah melihat sendiri bekas lokasi pembuangan sampah yang akan dijadikan bangunan suatu kampus di daerah saya. Sekian banyak truk harus bolak-balik mengangkut timbunan sampah plastik bertahun-tahun itu demi mengosongkan tanah. Itu baru satu titik TPA, bayangkan banyaknya jika digabung dengan sampah seluruh dunia. Inikah warisan kita kepada anak cucu di masa depan kelak?
Hemat
Hemat energy. Cabut colokkan sehabis ngecas henpon, leptop, atau televisi. Matikan lampu jika sudah tak diperlukan. Bukan soal sanggup bayar atau tidaknya, tapi menyangkut ketersediaan sumber energi. Jangan lagi memeras bumi demi kebutuhan yang sebenarnya tidak terlalu urgent.

Sebenarnya, berapa banyak sih kebutuhan kita sehari-hari? Andai saja manusia tak serakah, tentu kerusakkan-kerusakkan itu tak perlu terjadi.
Pada akhirnya semua berpulang pada diri kita masing-masing. Mau merawat bumi atau membiarkannya semakin tandus oleh perilaku kita. Ini pernyataan saya terhadap diri sendiri. Seberapapun panjangnya artikel ini dituliskan hingga mata keriting membacanya, jika saya sendiri tak mau membuka diri, tak mau memulai dari diri sendiri, percuma saja. Percuma berbuih-buih mengingatkan orang lain jika saya sendiri tak merubah perilaku.
Semoga tulisan ini ada manfaatnya bagi kita semua. ^_^

2 respons untuk ‘Cara Menghadapi Global Warming (pemanasan global)

Tinggalkan komentar