Pemanasan Bumi: Green asritektur solusinya (Tips; Pertimbangan Sebelum Membangun Rumah)

Pemanasan Bumi: Green asritektur solusinya (Tips; Pertimbangan Sebelum Membangun Rumah)

Dari tahun ke tahun suhu bumi meningkat. Jika tahun lalu diprediksi tahun ini akan jadi suhu bumi terpanas, maka di tahun ini ada lagi pendapat yang mengatakan tahun depan akan lebih panas lagi. Jika begini terus tiap tahunnya, akan seperti apa efek global sepuluh tahun akan datang? Global warming, entah kenapa saya lebih suka menyebut istilah ini dengan pemanasan bumi saja. Mungkin asosiasinya mudah dicerna, dekat, dan membumi. Sebelumnya, bagi yang nyinyir bilang, gak usah ngeluh, nikmati saja, pakai kipas angin atau ac aja, minum air yang banyak, beres. Silakan saja bertahan dengan kenyinyirannya. Mungkin beliau sudah siap dengan antisipasi tingkat tinggi buat diri dan anak cucunya kelak. Sekali lagi ini bukan sekedar keluhan saya pribadi. Mungkin akan lain ceritanya jika kaum anti keluh ini melihat visual mengerikan dari efek rumah kaca. Atau fenomena apa yang terjadi di dalam tubuhnya saat pemanasan perlahan memanggang sel-sel otaknya. (hiks, *baper)

Trus apa dong solusi mengurangi dampak pemanasan bumi ini?
Salah satunya ada di bidang arsitektur.
Apa kaitannya pemanasan bumi dengan dunia arsitektur?
Jelas ada lah, ya. Erat malah.

Belakangan kita sama-sama melihat perkembangan gaya bangunan di negri ini. Banyak konsep yang ditawarkan. Gaya minimalis jadi topik kekinian. Bangunan yang tampak simpel dengan sedikit ornamen itu, sebenarnya malah menelan biaya yang tak minimalis. Lalu melihat gedung-gedung pencakar langit di ibukota, rata-rata memakai dinding kaca sebagai ekspos terluarnya. Begitupun pada gedung-gedung penting publik lainnya. Banyak yang menerapkan konsep negara-negara sub-tropis di negera tropis kita ini. Banyak hal-hal kekinian yang sedang jadi tren di sub-tropis sana, diadopsi mentah-mentah ke negri tropis kita ini. Trus masalahnya sama saya apa? Ya, nggak ada masalahnya sama saya. Toh duitnya juga bukan duit saya. Hohoho….*lempar sendal* 😉

Yang jadi masalah itu efek yang ditimbulkan.
Begini, sebelumnya saya mohon maaf jika kurang menguasai topik ini. Sipp, yua? Lanjut! Pada sebuah gedung yang ‘bermantel’ kaca, otomatis ruangannya kedap udara. Radiasi matahari (khatulistiwa) yang masuk tertahan di dalam, menimbulkan pemanasan yang membuat penghuni tak nyaman. Lantas sebagai solusi dipasangilah pendingin ruangan. Ada juga yang mengakali dengan menaruh kolam air di bawah atap kaca. Oh tidak, keliru namanya. Kelembaban udara dalam ruang akan meninggi, akan semakin gerah dan memorsir kerja ac, boros energi. Kembali ke ac. Jika tiap sekat ruang dipasangi satu ac, ada berapa ratus ac untuk satu gedung dua puluh lantai saja, misalnya? Berapa energi listrik yang dihabiskan tiap detiknya? Belum lagi penggunaan air. Kalikan dengan jumlah gedung yang ada. Dan belum lagi material ac, yang katanya tak ramah lingkungan itu. Ah, kalkulator saya gak kuat menghitungnya, heuheu…

Etapi, itu kan ada di kota-kota besar saja, ngapain saya yang orang daerah rempong amat sok ngurusin? Iya, tapi kan bumi ini bulat, kan, ya? ‘Asap’ panasnya juga sampai ke sini, menyumbang termicunya panas bumi secara keseluruhan juga. Betul? 😉

Akan lain ceritanya jika gedung-gedung tinggi itu mengadobsi konsep green arsitektur. Penggunaan pendingin ruangan bisa diminimalkan dengan melepas kaca, membuat ventilasi yang sesuai. Filter udara bisa diganti dengan menghadirkan tumbuhan merambat di tiap lantai. Pencahayaan ruangan bisa diambil dari matahari, tentu dengan pertimbangan tepat.
Soal estetika bangunan? Hmm, arsitek-arsitek zaman sekarang kreatif-kreatif, jangan kuatir. Mau disulap jadi seindah apapun gedungnya, bisa. Ini sudah masuk ranah dapurnya sang arsitek. Ada dana, ada disain, githu kali ya. Hihi… Saya gak faham juga sih.

Untuk cakupan lebih luas. Akan beda lagi situasinya jika, tersedia jalan khusus (nyaman) bagi pejalan kaki. Jadi gak perlu naik kendaraan kalau jaraknya dekat. Ada pohon pinggir jalan, ada kanopi terhubung yang tak membuat gerah pejalan kaki. Ada taman kota yang menghembuskan udara bersih. Angkutan umum yang nyaman dan amam, serta tepat waktu. Jumlah kendaraan dan polusi udara otomatis jadi berkurang. Warga bisa saling sapa. Senyum ramah warga akan tetap jadi icon negara kita. Ah, banyak lagilah pokoknya. Dan hal ini juga merupakan mimpi banyak orang sejak lama.

Pada skala kecil, rumah hunian. Sebenarnya nenek moyang kita sudah jauh-jauh hari memikirkan ini. Tapi seperti halnya manusia, sebuah bangunan juga memiliki jiwanya. Hidup, bertumbuh, dan berkembang. Sebuah bangunan adalah cerminan dari manusia yang hidup pada sebuah masa. Gaya hidup, cara pandang manusia pada zaman itu, mobilitas penghuni, budaya, iklim, dan beragam aspek lainnya turut berpengaruh pada corak disain bangunan. Dan untuk kasus copy paste gaya bangunan sub-tropis ke negara tropis, tentu kita sudah bisa menyimpulkan banyak hal dari sini. Ehm, ehm, lah pokoknya.

Dan, seperti kebiasaan, apa-apa yang sedang digemari warga ibukota, cepat atau lambat akan merambah ke daerah hingga pelosok. Jadi jangan heran jika di negri sehabis porak poranda karena gempa, bermunculan bangunan-bangunan beton kekinian. Seperti tak kapok saja, tapi begitulah.

Nah, mungkin tips di bawah ini harus kita pertimbangkan sebelum membangun rumah atau gedung. Seperti;

*Iklim
Seperti yang sudah di bahas di atas, sebaiknya kita mempertimbangkan iklim setempat sebelum membangun. Negera kita beriklim tropis. Di daerah tropis juga beda-beda lagi kondisinya, ada yang tropis basah seperti di pegunungnan, ada juga yang panas seperti daerah pantai.
*Arah datang sinar matahari
*Suhu udara setempat
*Cuaca; penghujan, panas, angin, dll
*Lokasi tanah; rawan longsor, datar, miring, dsb
*Transfortasi
*Ketersediaan air bersih
*Lingkungan sosial
*Disain ramah lingkungan (green arsitektur)
*Dan seterusnya.

Intinya, dibelahan bumi manapun kita menetap tinggal, rasa bertanggung jawab pada lingkungan itu perlu dibenamkan ke dalam diri. Ini nasehat saya pada diri sendiri. Bukankan sudah dikabarkan dalam kalimatNya, telah terjadi kerusakan di laut dan darat…. Dan itu karena ulah kita manusia. Duh, berat sekali bahu ini. Yuk, ah, saya pamit minum dulu. Gerah. ^_^
Semoga ada manfaat.

(gambar: google)

Tinggalkan komentar