Kipas Asap

kipas asap.cernak.jpg

Cernak ini terbit di harian Padang Eksres tahun 2015 lalu. Bisa juga dibaca di di sini

Inspirasinya dapat dari bencana kabut asap yang melanda Sumatra dan Kalimantan. Baiklah, selamat membaca. Semoga terhibur. ^_^

,

Negeri peri akan kedatangan nenek peri.

”Nenek suka sekali makan buah-buahan. Aku akan menanan pepaya, semangka, dan pisang,” usul peri Bubu.

”Aku akan merapikan semua istna peri hingga mengkilat,” usul peri Klini.

”Aku akan menanam bunga mawar yang banyak sekali,” ucap peri Flori.

”Kamu akan melakukan apa untuk menyambut Nenek, Pasi?” tanya peri Klini. Di antara mereka berempat, Pasi lah yang pemalas. Ia lebih suka berkipas-kipas di atas pohon sambil tiduran.

”Aku akan membimbing tangan nenek masuk istana,” peri Pasi menjawab asal.

”Itu sih bukan pekerjaan. Kamu bantuin aku saja menanam mawar di taman!” potong peri Flori memberi usulan.

”Bagaimana kalau bantu aku saja menanam buah di kebun?” usul peri Bubu menawarkan.

Peri Pasi yang sedang berkipas di atas pohon tampak tak bersemangat. Ia tak suka mengerjakan apa pun sejak memiliki kipas kayu pemberian nenek.

”Baiklah aku akan membantu Klini membersihkan istana peri,” ujar peri Pasi.

Peri Klini sangat rajin bekerja. Paling dapat tugas memindah-mindahkan barang saja, pikir peri Pasi. Merekapun mulai mengerjakan tugas masing-masing.

”Pasi, tolong pisahkan sampah plastik dan organik di tong ini. Sampah organik dijadikan pupuk, yang plastik hantarkan ke pengepul. Kita tidak boleh membakarnya,” peri Klini memberi tugas.

”Baiklah,” jawab peri Pasi. Ia membawa tong sampah besar itu. Karena udara panas, ia naik ke pohon waktu dan tertidur. Di atas pohon udaranya sejuk. Sedang asik tertidur, tiba-tiba pohon waktu bergoyang menandakan hari sudah sore. Peri Pasi hampir saja jatuh.

”Waduh, tugasku belum selesai!” peri Pasi teringat tugasnya. Ia bergegas ke tepian sungai membawa karung sampah besar.

Peri Pasi dapat ide. Ia menggali lobang lalu memasukkan semua sampah ke dalamnya.

”Makin besar apinya makin cepatlah tugasku selesai,” ucap peri Pasi. Ia mengabaikan pesan peri Klini agar memilahnya terlebih dulu.

Agar cepat habis, peri Pasi mengipas sampah dengan kipas ajaibnya. Tanpa disadari ternyata asap membumbung, terbang kemana-mana. Kuntum-kuntum bunga mawar yang hampir mengembang, jadi layu karena asap. Pepaya, semangka, dan pisang jadi membusuk karena dikerubungi asap. Asap rupanya juga masuk ke istana peri. Asap membuat rakyat peri batuk-batuk dan sesak nafas.

”Tugasku sudah selesai,” Peri Pasi kembali ke istana dan melapor kepada peri Klini.

”Nenek mempercepat kedatangannya besok pagi. Istana dikerubungi asap, bagaimana ini?” peri Klini sedang panik.

Di gerbang istana, tampak peri Bubu dan peri Flori berlari tergesa-gesa.

”Semua tanaman bungaku layu,” keluh peri Flori.

”Buah-buahanku juga membusuk karena kabut asap ini,” peri Bubu ikut mengeluh. Mereka berjalan mondar-mandir memikirkan jalan keluar.

”Di Istana Peri tak boleh ada api. Jika nenek tau, kita bisa kena hukum. Siapa sih yang membakar sampah di musim kemarau ini?” tanya peri Bubu, kesal.

Peri Pasi diam-diam keluar dari istana. Setelah sampai di lobang sampah yang terbakar, Peri Pasi mengipas-ngipas asap agar cepat padam. Tapi bukannya padam, apinya malah membesar. Asap semakin banyak. Peri Pasi membendung asap agar tak sampai istana namun gagal.

”Oh, jadi asap tebal ini karena ulahmu, ya?!” ucap peri Flori datang bersama peri lainnya.

”Aku hanya mengipas asapnya agar cepat hilang,” peri Pasi membela diri.

”Apa yang harus kita lakukan agar buah-buahanku tumbuh lagi?” tanya peri Bubu mulai panik saat melihat matahari senja.

”Ruang istana yang kuhias juga tampak kusam karena asap,” keluh peri Klini kesal.

Tiba-tiba peri Sira datang, ”Aku sudah tahu masalah kalian. Bagaimana jika aku membantu kalian menyiramkan air?” usulnya. Peri Sira punya kemampuan mengeluarkan air dengan ujung jarinya.

”Baiklah, kami setuju,” jawab mereka serempak.

Peri Sira menyirami buah-buahan, seketika buah-buahan kembali segar. Lalu ia menyiram taman bunga, bunga-bunga mawar merahpun subur lagi. Peri Sira membantu peri Kini membuat kinclong istana. Tapi sesaat setelah istana bersih, asapnya datang lagi.

”Istana ini tidak akan bersih jika sumber asapnya belum dipadamkan,” ucap peri Pasi, merasa bersalah.

”Itu kesalahanmu, Pasi!” ucap mereka, kesal.

”Sudahlah, akan kulenyapkan apinya,” peri Sira menengahi.

Peri Sira menyiram apinya hingga padam. Semua jadi bersih kembali.

”Maafkan! Aku akan jadi peri yang rajin!” Peri Pasi menyesal. Semua orang ikut senang mendengarnya. Semua persiapan menyambut nenek akhirnya selesai tepat waktu. (*)

Tinggalkan komentar