Tips ketika dikuasai marah dan dimarahi

Tak dipungkiri lagi, dunia ini memang tempatnya kita dihadapkan pada peristiwa peristiwa menguji kesabaran. Memancing marah. Ada saja yang membuat hati bengkak dan gelap. Ada saja yang memancing emosi. Dan emosi yang tak tersalurkan dengan baik akan berkobar bagai api membara.

Panas yang tak tertahankan itu akan semakin membesar dan menuntut ruang lebih luas lagi. Meloncat melalui kata-kata. Terhempaskan keluar melalui gerak gerakan tak beraturan. Mencaci maki, berucap kata kata sampah, membanting barang, memukul meja, bahkan ada yang baru terpuaskan jika sudah memukul objek marahnya (tubuh manusia). Na’udzibillahiminzalik. Itulah yang kita saksikan pada individu yang terselubungi oleh emosi bernama marah. Mengerikan, bukan?

Dan berita buruknya, hampir semua manusia di dunia ini pernah dihinggapi oleh jenis emosi satu ini.

Jika dipikir-pikir, kenapa sih kita harus marah? Kenapa tak membiarkan saja semua berjalan seperti ketentuan dari sana? Kenapa kita mesti susah susah menuntut semua harus berlaku sesuai alur yang kita mau? Bukankah ini hanya akan memancing kecewa jika semua tak muncul jadi kenyataan? Begitu kecewa, lalu muncullah emosi bernama marah ini.

Lain lagi jika dilihat dari sudut pandang korban kemarahan. Selain tekanan kata kata yang melekit setiba di jantung hati itu, perubahan raut wajah dan sikap non verbal dari orang yang marah jauh lebih menekan dan terasa menghujam. Terlebih lagi jika ditambahi dengan gerakan memukul. Tertimpa kemarahan seseorang sungguh bagai sebuah bencana.

Syukur syukur jika marahnya hanya tertumpah sebentar dan sedikit saja. Jika sudah sampai tahap memaki maki dan memukul, layak sekali untuk disebut apes. Percayalah, tak seorang pun manusia mau menjadi objek penderita dari kemarahan. Tak ada orang yang mau dimarahi. Kena marah itu menyakitkan hati. Mengganggu ketenangan pikiran.

Merubah mood dan mempengaruhi produktivitas sehari hari. Apalagi jika sudah terlukai oleh pukulan. Bertambah tambahlah sakitnya. Sudahlah sakit jiwanya, sakit pula badannya. Maka layaklah kita membela korban kemarahan ini, di luar konteks masalah yang sedang berlangsung di antara mereka. Lets say, hentikan kekerasan dalam bentuk apapun!

Marak sekali berita-berita sadis kita dengar belakangan ini di media massa. Ayah menghabisi anak kandungnya. Anak melenyapkan nyawa ibu kandungnya. Tetangga menghakimi tetangga lainnya. Semua berawal dari kekecewaan yang dilampiaskan melalui amarah.

Lantas apa yang harus dilakukan jika sedang dilanda kemarahan? Berikut langkah langkah yang bisa diikuti:

#Tenangkan diri
Baik itu sebagai objek marah, maupun sebagai orang yang sedang dilanda kemarahan. Apa yang harus dilakukan untuk menenangkan diri? Beranjaklah dari tekape. Alihkan pikiran. Pikirkan hal lain di luar masalah yang memancing amarah tersebut. Sebab suasana hati sangat dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan.

Tahanlah diri untuk tidak membalas kemarahan orang lain dengan membungkam mulut sesaat. Percayalah, tak ada untungnya melawan atau membela diri dari orang yang sedang marah. Orang yang sedang marah sama halnya dengan orang yang sedang kerasukan setan. Apapun omongannya tak perlu dimasukkan ke dalam hati. Logikanya sedang off. Jadi percuma adu argumen.

#Lakukan sikap berikut ini;
Jika kita adalah pelaku kemarahan, tahanlah mulut mengeluarkan kata kata buruk. Ubah sikap. Seperti yang dinasehatkan Nabi saw, jika sedang berdiri, bawalah duduk. Jika sedang duduk, bawalah berbaring. Dan jika semua cara ini tak sanggup juga meredam marah, maka berwudhuklah. Air sangat ampuh memadamkan gejolak amarah. Kalau perlu bawalah berendam dengan air sejuk.

Atau nikmati es krim yang dingin. Atau menggosok gigi dengan pasta rasa mint yang sejuk. Jika mulut sejuk, hati akan ikut sejuk juga. Arahkan pandangan pada pemandangan alam yang hijau. Hal ini akan mengendurkan syaraf-syaraf otak. Menenangkan hati yang bergejolak.

Begitu pun jika sebagai objek marah, tahanlah diri. Jangan balas marah dengan reaksi marah juga. Lingkaran ini takkan selesai hingga kapan pun. Menjauh saja jika sudah tak sanggup lagi menampung kemarahannya. Lakukan nasehat Nabi saw di atas jika ternyata diri tak sanggup bertahan atau balik terpancing marahnya. Tinggalkan saja orang yang sedang marah itu.

Atau jika sanggup, rubahlah pandangan mata terhadap orang tersebut. Mainkan imajinasi. Bayangkan, orang yang sedang marah bersuara cempreng seperti burung beo. Wajahnya tiba-tiba berubah jadi badut berhidung besar. Rambutnya berubah kribo separti sarang burung tempoa. Perutnya membuncit persis badut benaran. Alis matanya lentik tumbuh semakin panjang. Bibirnya tersenyum lebar. Rubah penampilan orang tersebut dalam benak kita. Gunakan imajinasi liarmu. Sesekali begini tak apa. Jika cara ini berhasil, amarah sebesar apapun akan terasa bagai angin lalu saja.

#Renungkanlah ini,
Bahwa, segala kejadian di atas bumi ini tak ada yang tak memliki pelajaran di baliknya. Begitu pun jika sedang jadi objek kemarahan seseorang. Pahamilah, bahwa dimarahi orang itu berarti jiwa kita sedang ditempa untuk kuat bertahan. Kita sedang diuji untuk naik kelas. Jika berhasil di tahapan ini, kelak jika diuji dengan “soal” yang sama, kita akan kebal. Dimarahi itu berarti orang bersangkutan ada perhatian pada diri kita.

Bisa jadi ia diam-diam menaruh harapan besar pada kita. Namun yang terjadi malah sebaliknya, kita membuatnya patah harapan. Dia tak terima kenyataan, lalu melampiaskannya dalam bentuk kemarahan.

Jika kita adalah pihak yang dikuasai kemarahan, pikirkanlah, untuk siapa sebenarnya kamarahan ini. Saat kita marah, logika berhenti bekerja. Perasaan dan logika tak pernah memimpin kita barengan. Mereka akan berlomba lomba menguasai diri. Jika logika kuat, maka perasaan mundur. Jika perasaan mengambil alih, maka logika mundur ke belakang.

Maka, jika amarah sudah begitu menguasai diri, renungkanlah, kembalikan fungsikan akal sehat segera. Pertanyakan, apa ada untungnya aku melampiaskan kemarahan ini pada orang itu? Selesaikah masalah jika aku marah marah? Memang agak sulit. Namun bukan berarti tak bisa. Jika perlu, pergilah ke tepi laut. Lampiaskan amarahnya di sana.

Atau jika tak terjangkau, ambil sebuah bantal. Tarik napas dalam, lalu purukkan wajah ke bantal itu sambil berteriak sekencangnya. Cara ini akan membantu kita mengalirkan energy marah yang begitu kuatnya itu. Setelah lega, bawalah ke tempat dingin dan sejuk, atau berendamlah dalam air yang wangi. Kalau bisa sih wewangian aropa terapi. Wewangian cukup ampuh merileksasi syaraf syaraf yang tegang akibar dilanda kemarahan itu.

#Carilah tong sampah
Tong sampah di sini bukan tong sampah beneran lho ya. Tong sampah maksudnya, tempat untuk mencurahkan isi hati. Baik sebagai objek marah atau sebagai orang yang sedang dikuasai amarah. Jika tak menemukan orang yang mau menampung isi hati, curahkan dalam doa doa panjang seusai salat.

Ceritakan pada Allah seperti kita sedang bercerita pada sahabat. Percayalah, Allah maha mendengar kok. Jangan ragu untuk curhat apa saja pada Allah. Dengan cara ini, hati dan pikiran akan jadi lapang. Sebagai pelengkap, kita bisa bercerita pada lembaran kertas kosong. Menulis diary salah satu terapi hati dan pikiran. Jika dibiasakan menulis diary, kita akan menemukan hadiah lain dari kebiasaan menulis ini. Selain kemampuan menulis jadi terasah, alur berpikir dan merasa juga akan tearah. Dan tentu saja bantuan telinga dari sahabat akan sangat lebih berarti untuk hal ini.

Nah. Semoga saja dengan langkah langkah di atas tak ada lagi marah yang melukai hati. Terlebih dimusim pemilu yang berhawa panas ini. Daripada setroke, mending ketawain aja. Jauhi deh, segala pemancing amarah itu. Pilih untuk merasa bahagia aja. Sebab bahagia itu hadir karena diciptakan. Ya, gak? Makasi ya sudah mampir. Moga manfaat.

Tinggalkan komentar