Dedak Randang

Rendang. randang. minangkabau. padang. indonesian food

 

 

Jadi begini ceritanya. *ehemm…*
Ibu menoyorkan potongan daging begitu santan mendidih. Sanduak, spatula kayu diserahkan padaku.
“Jangan kencang-kencang, hancur dagingnya nanti,” serunya menahan laju adukan-ku.
Kami sengaja memasak rendang (lebaran) dengan tungku kayu. Konon, rendang yang dimasak dengan tungku rasanya lebih lezat. Asap mengepul dari tungkulah yang menyumbangkan aroma lezatnya. Dan, tugas mengaduk rendang selalu saja jadi ‘hak’-ku. Aku diimingi-imingi akan jadi pribadi penyabar jika berhasil menuntaskannya. Ya, demi sepotong hati sapi, ku-iikhlas-ikhlaskan sajalah berjam-jam berteman tungku api.
“Besok pagi kita kirim langsung randang ini ke Jawa, agar cepat dimakan adikmu,” ibu, menceburkan garam.
Genangan kalio, tahapan sebelum jadi rendang, meletup-letup mengenai kulitku. Lumayan perih saat terkena wajah. Aku jadi tak sabar melihatnya mengering, jadi sebenar-benarnya rendang. Kuaduk isi kuali itu tanpa henti. Sore menjelang, rendang kami akhirnya matang. Oh…sudah terbayang lezatnya rendang hati dimakan dengan nasi hangat.
“Yuummm, lezat kali dedaknya,” pujiku, mencoleki kuali.

Esoknya,“Laaah..…kok cuma tinggal dedak? Hatinya mana?” tanyaku, gundah.
“Sudah dikirim. Kan kamu bilang dedak rendang lezat? Ya sudah, habiskanlah!” *makkk….perihnya….hiks!*
“Kenapa banyak betul, dia cuma sendirian di sana?!” aku masih tak rela rendang hati ikut terkirim.
“Sekalian untuk teman-teman adikmu juga,” sanggah beliau.

Telponku berdering.
“Si adik minta jemput ke bandara sekarang,” laporku.
“Dia pulang? Laah….paket rendang itu apa kabarnya?” sahut ibu antara lemas dan senang.
Aku senyum-senyum menahan tawa, teringat bakalan ada teman makan dedak rendang. *Hahaha…..uhukk…keselek lengkuas*
Usut punya usut, paket rendang itu diterima teman-teman adikku.
“Syukurlah, ndak mubazir,” ibu senang, “ Besok kita masak rendang lagi, ya? Kasian adikmu cuma makan dedak.”
“Hehhh..…masak lagi…??” *pengsan…*

 

(Artikel ini sebenarnya ditulis dalam rangka mengikuti kompetiti blogger yang diselenggarakan oleh tim Blogger Padang. Dan beruntung beruntung sekali artikel ini menang.)

 

 

2 respons untuk ‘Dedak Randang

Tinggalkan komentar