Keripik Kentang

Keripik Kentang, monolog (?) antara Mindy n Souly long long time ago..

(Saya gak tahu kenapa harus posting artikel ini di sini. Ini sebenarnya catatan di Facebook sekian tahun lalu yang tiba-tiba muncul lagi. Hm, entahlah, mungkin saya sedang diminta mengingat kembali momen ini. momen ketika jiwa kerdil saya sedikit “terguncang” lalu “bangun.” Banyak sekali cacatnya catatan ini. Harap maklum, ini ditulis di masa saya awam banget soal EBI/EYD, juga minim sekali kemampuan tulis menulisnya, apalagi kualitas kontenya. )

Mesin bus menderu, menggeliat memutar ban-ban perkasanya. Perjalanan pun dimulai. Jalanan lengang. Di kiri kanan jalan hanya terdapat rerumputan liar dan pohon-pohon tua tinggi yang besar. Para penumpang hanyut dalam lelap. Tak terdengar lagi suara percakapan. Bus terus melaju membelah malam. Semenjak awal perjalanan Souly tak dapat tidur sekejap pun. Di sebelahnya tengah tertidur seorang Mindy.

Tiba-tiba bus direm mendadak. Semua penumpang tersentak. Rupanya bus terhenti di persimpangan. Sang sopir yang sudah tiga tahun tak melayani rute ini ternyata lupa jalan mana yang mestinya ditempuh. Di depannya ada persimpangan kiri dan kanan. Tak ada yang petunjuk sama sekali. Terlalu gelap, jalanan pun lengang, tak ada yang bisa ditanyai. Beberapa saat kemudian sang sopir memutuskan mengambil jalan sebelah kanan.

Keripik kentang yang sedari awal perjalanan di tangan Souly tak disuapnya sedikitpun. Melihat teman sebangkunya Mindy terjaga, Souly menawarkan keripiknya. Mindy yang lapar pun menerima dengan hati senang. Mereka berkenalan, bertanya jawab latar belakang masing-masing. Keripik kentang berhasil mencairkan suasana. Mereka tanpak akrab. Tak tersisa kantuk diwajah Mindy.

Mind, kamu takut ga sih kalo ternyata bus ini salah jalan?

Takut??, kenapa harus takut, dalam bus ini penumpangnya kan gak cuma kita berdua. Seandainya si sopir bus ini salah jalan kan bisa balik lagi ke simpang tadi. Jawab Mindy ringan.

Tapi feelingku bilang, tadi kita seharunya kekiri lho..

Kenapa harus kekiri, Soul? tanya Mindy.

karma ake yakin aja, biasanya juga begitu.

Biasanya begitu bagaimana? tanya Mindy penasaran

Hmmaku biasa memutuskan sesuatu berdasarkan feelingku dan selama ini feelingku slalu tepat, jelas Souly.

Tapi dalam memutuskan sesuatu gak cuma harus berdasarkan feeling, kan? sela Mindy. Bisa jadi ketika di persimpangan tadi si sopir berfikir jalan sekarang yang kita lalui ini lebih lebar dari yang kiri tadi. Jalanan yang lebar dan mulus biasanyakan digunain untuk kendaraan dengan tujuan jauh seperti kita ini. Mindy berargumen.

Tapi bisa jadi juga kan si sopir hanya asal pilih, seperti katamu tadi kalo salah arah pun bisa balik lagi ke persimpangan tadi, ujar Souly tak mau kalah.

Bus tiba-tiba direm mendadak. Si sopir kembali meragu mau ke kiri atau ke kanan. Akhirnya si sopir menginjak pedal gas lagi.

Mind, apalagi argumenmu dengan pilihan ke kirinya si sopir, padahal jalanan kiri dan kanan sama lebar dan mulusnya? tanya Souly.

Hmm…., mungkin si sopir kali ini ngikutin feelingnya, jawab Mindy enteng.

Malam makin gelap. Semua penumpang tidur pulas kecuali Souly dan Mindy yang ditemani keripik kentang. Souly merobek bungkus keripik kentang kedua dan langsung ditawarkan pada Mindy.

Mind, kamu pernah gak kepikiran kemana tujuan hidupmu? Tanya Souly disusul menyuap keripik kentang kemulutnya.

Diam sejenak Mindy berujar, Hmm….pernah, menurutmu tujuan hidupmu itu apa??

Menurutku tujuan hidup itu adalah ‘kebahagiaan.’

Cuma kebahagiaan, kah?? tanya Mindy.

Yup….aku pernah merenungkannya. Ibaratnya aku lagi tamasya. Semua yang kita cari, kita usahakan dan kita tuju ujung-ujungnya pasti pengen bahagia. Aku perhatikan hampir tiap diri manusia yang kutemui menjadikan kebahagiaan sebagai motivasi dan tujuan hidupnya.

Dan kamu akhirnya menyamakan visi dengan mereka? ujar Mindy.

Yup betul, aku akan menggapai tujuan hidupku, menikmati dan mengumpulkan sebanyak-banyaknya kebahagiaan dalam hidupku.

Udah sebarapa banyak sih yang udah kamu kumpulin??

Hah..?? Kenapa kamu nanyanya ghitu, kebahagiaan mana bisa dihitung?

Trus, apa standarnya? Gimana caranya kamu ngumpulin sebanyak-banyaknya? dan sudah banyakan mana kebahagiaan ataukah kesusahan dalam hidupmu?

Huh?? Souly tertegun.

Kebahagiaan itu seperti angin tak tergenggam namun dapat dirasakan.

Kebahagiaan itu seperti air yg mengaliri kerendahan hati memalui celah yg tak disangka2.

Kebahagiaan itu seperti api yg mencairkan kebekuan hati.

Kebahagiaan itu seperti dedaunan yg mengendorkan ketegangan urat mata yg memandang.

Kebahagiaan itu seperti hujan yg menyirami sudut2 hati yg gersang.

Kebahagiaan itu adalah cara pandang.

Al- Qarni bilang Kebahagiaan adalah hidupnya akal budi yg mmegang teguh kebenaran. Kebahagiaan adalah lapangnya dada dg prinsip hidup yg ditempuh n ketenangan jiwa karena kabajikan yg berhasil diraih. Jelas Mindy.

Berarti aku salah dengan tujuan hidupku?

Hmmenggak, Souly, kamu gak salah. Udah fitrahnya tiap diri anak manusia slalu cendrung pada hal-hal yang mdatangkan bahagia bagi dirinya.

Kalo tujuan hidup kamu apa, Mind?

Aku..?? Hmmcinta. Menurutku cinta adalah tujuan setiap anak manusia. Sebab gak semua orang bisa ngerasain cinta. Hanya mereka yang mencari saja yang akan nemuinnya.

Kenapa harus cinta, ya?? Tanya Souly.

Awalnya begini, suatu hari aku iseng2 baca kisah seorang raja bijaksana. Diakhir hayatnya beliau sakit-sakitan. Keluarga, pejabat kearajaan dan ajudan-ajudan saat itu siap siaga jika sewaktu-waktu sang raja menghendaki sesuatu. Namun tak satu pun yang dimintanya.

Semakin hari sang raja makin rapuh. Akhirnya ia mengajukan satu permintaan. Dititahkanya seluruh ajudan mengumpulkan seluruh bentuk kebijaksanaan dari seluruh penjuru dunia. Mereka melaksanan titah tersebut. Dari ribuan buku dicompreslah jadi ratusan. Karna raja makin lemah maka ajudan mengmpres lagi jadi sepuluh buku. Kesehatan sang raja sangat lemah untuk bisa membaca. Maka ajudan bekerja keras lagi menyimpulkan. Maka tersimpullah inti kebijaksanaan itu menjadi satu kalimat bahwa, manusia lahir, hidup, mencintai dan mati, dan hanya cintalah yang abadi.

Kamu percaya? Udah ngerasain?? Tanya Souly.

Ya, setelah baca cerita itu aku yakin bahwa cintalah tujuan hidupku terlepas ceritanya bemar atau fiktif. Logikanya seorang raja bijaksana dan pasti pinter saja mengakui. Aku sudah menganalisa orang-orang di sekitarku. Dengan cinta semua akan tampak indah. Lihat saja, para orangtua kita yang rela siang malam merawat dan besarin anak-anaknya, itu karna apa? ya karna cinta.

Seorang kakak melindungi adeknya, karena cinta. Sahabat membantu sahabatnya ya karna cinta. Tetangga saling sapa dan bantu, karena cinta. Guru ngajarin muridnya ya karena cinta juga.

Dan cinta mendatangkan kebahagiaan??? tanya Souly.

Ya. Cinta selalu mendatangkan kebahagiaan. Sekarang aku tahu bahwa ada sesuatu yang lebih tinggi dari pada langit dan lebih dalam dari pada lautan, dan lebih asing daripada kehidupan dan kematian sekaligus. Aku tahu sekarang apa yang sebelumnya aku tak tau. Itulah ‘cinta’ (Kahlil gibran).

Trus, kenapa kisahnya Romeo n Juliet malah berakhir tragis, ya? kenapa ada orangtua karena miskin malah ngajak anak-anaknya minum racun bareng? Majnun dibunuh karena cintanya pada Laila. Qarun binasa oleh cintanya pada harta benda. Fir’aun tenggelam karna cintanya pada kedudukan. Bukankah cinta itu slalu identik dengan bahagia pada akhirnya???

Mindy tertegun. Ia bingung dengan logikanya sendiri. Duduk di bangku depan mereka seorang Teilhard de Chardin. Rupanya ia sempat menyimak pembicaraan mereka berdua.

Maaf anak muda, sepertinya pembicaraan kalian menarik sekali sampai hilang kantuk saya. Kalo ngga keberatan saya boleh ikut? Tanya Chardin bijak.

Oh, maaf, Pak, rupanya kami sudah mengganggu Bapak, sesal Souly merasa bersalah.

Nggak apa-apa, justru saya terbantu. Ini coba kalian baca, Ia menyerahkan secarik kertas di tangannya. Sebenarnya saya tertarik sekali dengan pembicaraan kalian, tapi saya harus turun di persimpangan depan itu. ia menunjuk kedepan, Semoga apa yang saya tulis itu bisa membantu, ya?

Pak Chardin sudah sampai di tujuannya. Semua penumpang masih terlelap kecuali Souly n Mindy yang ternganga seperti kejatuhan bulan pernama. Keduanya diam. Tangan mereka seolah tengah memegang surat wasiat. Dijaga betul agar tak terlipat.

Wasiat itu berbunyi,

Kita (manusia) bukanlah manusia yang mengalami pengalaman-pengalaman spritual, namun kita adalah mahkluk spiritual yang mengalami pengalaman-pengalaman manusiawi. Manusia bukanlah mahkluk bumi melainkan mahkluk langit. Kita mahkluk spiritual yang kebetulan menempati rumah kita di bumi.

Tubuh kita sebenarnya adalah rumah sementara bagi jiwa kita. Tubuh diperlukan karena merupakan syarat untuk bisa hidup di dunia. Namun tubuh lama kelamaan akan rusak dan tidak dapat digunakan lagi. Pada saat itulah kita meninggalkan rumah dan pergi mencari rumah yang lebih layak. Keadaan ini kita sebut meninggal dunia. Jangan lupa bahwa jiwa kita tidak pernah mati. Yang mati hanyalah rumah kita, tubuh kita.”

Apa yang ditulis di kertas ini sebenarnya gak ada yangg istimewa. Mindy bersuara.

“Iya, semua orang tahu soal hal ini,” Souly bergumam.

“Lalu??”

(saya kehilangan lanjutan cerita ini. PC tempat saya nyimpan catatan lama sudah raib. Jika tak salah ingat, catatan ini pernah saya perpanjang jadi sebuah naskah utuh (calon buku). Lalu ditolak penerbit dengan tanpa kabar. Dan, sekarang barulah saya paham alasan penolakannya, heheee… etapi semoga ada manfaat, setidaknya bagi saya pribadi) ^_^

 

Tinggalkan komentar