Sajak Hujan

hujan

HUJAN

Kenapa membenci hujan?

Jika ia mampu samarkan kau dari pandangan manusia, kenapa kau takuti hujan?

Kau bisa berlindung di balik-balik jurainya.

Jika ia sanggup redam sesugukkan dari pendengaran, kenapa kau hindari hujan?

Kau bisa teriak sepuasmu ditengah desaunya.

Jika ia bisa obati dahagamu, kenapa kau menunduk darinya?

Kau tinggal tengadah memandangi langit, titik-titiknya akan lenyapkan hausmu.

Basah takkan membuatmu terkikis

Dingin tak membuatmu mengerut lenyap

Apa yang membuatmu lari dari hujan?

Kemaren hujan turun sejak semalam. Minggu pagi yang sejuk. Listrik padam. Gelaplah siang itu seharian. Titik titik air semakin menderas menimpai atap rumah. Derasnya air cucuran atap mengundang keinginan. Keinginan untuk bergelut bersama hujan. Langkah pertama pun dihujamkan. Setitik air dari langit mengejutkan kulit. Lalu titik titik berikutnya menarik lebih ke tengah. Berlarian bersama hujan. Dalam tirai yang semakin rapat, ia dendangkan lagu kekanakkan. Lagu yang semua orang dewasa rindukan. Lalu berderai bongkah bongkahan kalbunya, luruh ke dalam hujan.

Curahan langit semakin runtun. Guyuran semakin membasahkan. Anak manusia diserang girang.

Ia rentangkan tangan. Menadah langit, berujar pada sang awan hitam, terima kasih sudah menjatuhkan hujan.

Di bawah cucuran atap, duduk bersila. Membiarkan ion ion alam menyatu ke dalam diri. Membiarkan kutub kutub berlawan saling menemukan. Membiarkan kepala yang berat dicambuk air cucuran. Pasir pasir tanah tak kalah girang. Ia hanyutkan segala keluh tertahan. Menari bersama hujan, menghujam langit dalam tirai hujan. Dendangkan lagu kekanakkan. Lagu yang semua orang dewasa telah lupakan.

Langit makin kelabu. Jarum jarum tajam menghujam bumi. Ia lepaskan dingin. Ia buat bergetar si penari. Ia tebarkan gigil pada penduduk bumi. Sang penari pucat pasi. Ujung ujung jemari menciut. Bibir bergetar. Tarian hujan semakin riuh. Daun daun mulai luruh. Pasir pasir terkikis, bermuara jauh. Larut. Larutlah sudah. Luruh luruhlah sudah. Hujan, tunggulah kapan hari, bersama kita kembali menari.

ECI FE

November rain, 2017

 

Tinggalkan komentar