Ramuan Pereda Galaumu

Setiap orang pasti atau akan mengalami yang namanya rintangan hidup. Termasuk kamu juga, kan? Dan tentu saja saya juga dong. Yess, namanya juga hidup, singgah buat memungut bekal trus balik ke kampung halaman. Tentu saja semua pada hafal dengan siklus kehidupan ini. Ya, nggak?

Nah, sesuai judul, kali ini saya mau cas cis cus dikit soal solusi dari kegalauaan.. *Cieee lagaknya, udah kayak motivator aja, huhuy! ^^
Eits, gak apa apa dong berbagi tips. Siapa tahu ada yang cocok dengan ‘ramuan’ ini. Kan lumayan bisa jadi pahala jariyah. #ehhh…

Nah, entah apapun itu persoalannya, galau itu ditandai dengan tidak sinkronnya hati dan pikiran hingga memengaruhi suasana jiwa. Tepatnya, serba gak enak. Perasaan murung, sedih, sebel, marah, kacaulah pokoknya. Pikiran mentok, gak bisa melihat dari sudut pandang jernih. Apa apa dimatanya salah. Gak cocok. Kerjaannya gak kelar-kelar. Ditambah ada yang recokin, wuih, rasanya seperti memendam batu gunung berton-ton dalam perut, dan siap dimuntahin ke siapa saja dan kapan saja. Dududuhhh…serem gak tuh, gak ada hujan gak ada badai tiba-tiba ketiban batu?! 😀

Bagi yang kena batunya ya iya serem. Bagi yang muntahin batu mah bikin lega. Yang parah itu mah nelan batu segaban tapi gak bisa dimuntahin. Dipendam aja terus sampai batunya beranak cucu. Nah, ini gak boleh sebenarnya. Itu batu-batu kudu dibuang dari perut. Atau bahasa sananya dicurcolin, diceritakan pada orang yang dipercya. Gak baik lho ya nyimpan nyimpan masalah sendirian. Lama-lama bisa tumbang dan pengaruh ke segala aspek kehidupan. Hm, big no lah ya.

Nah, ketika masalah kehidupan ini menimpamu, entah bagi orang lain itu kecil saja tapi bagimu udah bak seluas lautan, apa yang biasanya kamu lakukan? Leyeh-leyeh sampai masalahnya bosan trus pergi sendiri? Pergi makan-makan sampai timbangan jeblok? Atau shopping gak jelas sampai kantong jebol? Atau pergi berhari-hari ke pulau sunyi buat nenangin diri sambil berayun ayun di akar pohon bakau sampai lupa sama masalahnya? Atau apa nih biasanya? 😀

Hmm. Yang jelas sih, setiap masalah itu datang untuk sebuah misi. Jika misi tak tercapai, percayalah, suatu saat masalah yang sama akan datang lagi dengan rupa lain. Hingga misi itu tercapai, akan begitu aja terus. Salah besar jika kita menginginkan kehidupan ini lancar-lancar saja, baik baik saja. Sebab sejatinya persoalan, masalah-masalah kehidupan itulah yang akan mencetak kita. Mendewasakan kita, bahasanya para pakar.

Samalah kayak pisau dapur. Jika tak melalui proses asahan, mana mungkin ia akan jadi tajam seperti sekarang. Atau seperti cangkir keramik nan cantik itu, jika tak melalui tempaan, hempasan pengrajin, mana mungkin ia berbentuk cangkir. Jika tak melalui proses panasnya bakaran api, mana mungkin bisa semengkilap itu. Jadi, sepakat dong ya, masalah hadir bukan untuk dihindari, tapi dilayani. Dilayani? Iya, dilayani. Terima baik baik layaknya tamu kehormatan. Trus tanyain deh misinya apa ke diri kita. Trus adaptasi deh jadi bekal diri. Seperti ungkapan bijak berikut ini;

“Apa yang terjadi pada anda tidak penting. Yang penting adalah apa yang anda lakukan terhadap apa yang terjadi pada anda itu. “ Robert Schuler

Jadi, masalah kehidupan itu bukan untuk dibesar-besarkan atau didramatisir. Tapi reaksi, tanggapan kita terhadap masalah itulah yang harus diperhatikan. Duh, ngomongnya kok kayaknya ringan banget yak? Realisasinya sulit. Hooh, sulit. Tapi yang jelas, mindset ini perlu ditanamkan dalam dalam. Sebab ia akan jadi chip dan bertindak layaknya sistem imun tubuh. Dengan kata lain, jika masalah datang, kita tak lagi bersikap reaktif, melainkan responsif. Artinya, sebelum si masalah masuk ke diri, dia tuh gak serta merta aja menjajah kita. Tapi terpilah-pilah, tersortir dulu oleh chip ini. Dengan begitu, kita jadi mudah melihat misinya apa ke diri kita. Dan selanjutnya akan memudahkan kita menemukan solusi.

Nah, gimana kalau masalahnya ternyata gak bisa dicarikan solusinya? Dalam kata lain, sulit yang teramat sulit. Level seratus deh pokoknya. Hmm, begini nih orang besar bilang;

“Tak ada masalah yang solusinya tidak dapat dipikirkan oleh akal manusia” Voltaire

Kalau orang sekelas Voltaire aja bilang begitu, jadi percaya dong? Kalau semua masalah ada solusinya? Semua persoalan di kolong langit ini pasti ada pemecahanannya? Yess. Saya percaya itu. Dalam Al Quran sudah serta merta dijelaskan. Ayat pertama yang turun aja berbunyi “iqra” Baca. Yang bisa diartikan juga, pikirkan. Atau jika ditarik makna lebih jauh, kita, manusia ini diberi akal untuk berpikir. Jadi pikirkanlah. Bacalah kehidupan ini dengan jenjang makna yang semakin lama semakin tinggi dan dalam. Sebab kita sudah diberi bekal akal untuk berpikir. Dan dengan akal itulah kita disuruh mencari solusi.

Trus, apa dong hubungannya dengan kegalauan? Prakteknya gimana? Orang galau kan susah mikir. Maunya mencak-mencak lepas emosi. Salahin orang sana sini. Marahin orang. Nyakar tembok. Dan hal-hal reaktif lainnya.
Begini. Saya paham bener gimana rasanya lagi galau. Paham banget perasaanmu itu, apapun itu masalahnya. Yang kita uraikan di atas itu memang bukan tutorial penghilang galau sih ya. Tapi percayalah, ini akan manjur jika kamu menerimanya dan mengadaptasinya ke dalam dirimu.

Jadi, diri kita itu terdiri dari elemen-elemen. Sebutlah ada dua, logika dan perasaan. Nah, ketika galau menyerang, biasanya yang maju itu elemen perasaan. Logika mundur alias mati suri. Terlebih jika terjadi dikala PMS (bagi emak-emak pasti mumet banget nih. Gak mudah lho hidup dikendaliin hormon). atau ketika tubuh dalam kondisi lelah banget. Dikondisi ini biasanya yang dominan itu perasaan, berlaku untuk laki dan perempuan, logika tumpul.

Nah, inilah gambaran yang terjadi sebenarnya pada orang lagi galau. Perasaannya dominan. Logika tumpul. Makanya susah buat nyari solusi atau berpikir jernih. Dan benarlah ungkapan Voltaire di atas. Jika masalah itu dipecahkan dengan logika/akal jernih, pasti akan ada saja solusinya. Jadi, kalau lagi galau, coba deh sekeras upaya untuk menyalakan logika. Caranya, bisa dengan memunculkan pertanyaan semacam 5WH1 Questions. Jika logika nyala, perlahan perasaan galau akan mundur teratur, gak ngambang lagi.

Trus, gimana kalau resep di atas cuma mujarap sesaat aja? Kapan hari dia datang lagi. Galaunya kumat lagi. Begini nih sang Imam bilang,

“Barang siapa memperbaiki hubungannya dengan Allah, niscaya Dia akan memperbaiki hubungannya dengan orang lain. Barang siapa yang memerhatikan urusan akhiratnya, Allah akan memerhatikan urusan dunianya. Barang siapa menjadi penasihat bagi dirinya sendiri, Allah akan menjadi penjaganya.” Ali bin Abi Thalib

Nah, gimana? Jelas kan maksud ungkapan di atas? Yuk, coba kita bedah secara sederhana.
Barangkali saja kegalauan itu sumbernya karena berjauhan dari Allah Ta’ala. Coba deh, cek lagi kadar imannya. Yang tahu soal ini mah cuma diri kita sama Allah saja. Sudah familiar dong sama ungkapan, “Hati akan tenang jika mengingat Allah.” Menurut saya nih, ayat ini dalam banget maknanya. Jika hati itu wilayah rasa/perasaan, maka mengingat adalah pekerjaannya pikiran. Hati dan pikiran yang tertuju pada Allah. Kyusuk. Goalnya jelas, Allah. Semua elemen diri menghadap ke Allah. Sebagai balasannya, Allah turunkanlah ketenangan. Masya Allah!

Barang siapa memperbaiki hubungannya dengan Allah, niscaya Dia memperbaiki hubungannya dengan orang lain. Nah, setelah hubungan dengan Allah jelas, selanjutnya hubungan dengn sesama manusia. Kegalauan seringkali datang dari berhubungan dengan manusia kan ya?

Trus, barang siapa yang memerhatikan urusan akhiratnya, Allah akan memerhatikan urusan dunianya. Nah, nyaris sumber kegalauan itu adalah hal-hal duniawi. Benar apa betul nih? Betul dong.

Dan terakhir, barang siapa menjadi penasihat bagi dirinya sendiri, Allah akan menjadi penjaganya. Nah, saya pikir inilah yang sedang saya lakukan sekarang, hehe. Semoga Allah menjaga kita semua, yak?! menjaga kita dari kegalauan, Aamiin.

Sekian dulu cuap cuap saya soal ramuan pereda galau. Moga mampu mengurai galaumu. See you kapan kapan.

Tinggalkan komentar