Kedondong vs Durian

Duri kedondong vs durian
Jika memang rezeki, ia akan datang juga walau tak diminta. Begitu kira kira riwayat buah kedondong mini ini ada di tangan saya. Baru kali ini saya ketemu langsung buah hasil rekayasa genetik satu ini. Batangnya tak tinggi pun tapi sudah ranum berbuah banyak. Genjah. Soal rasa jangan ditanya. Sama dengan buah biasanya. Hebat sekali tukang rekayasa genetika itu, bukan? Buah pun tak luput dibuatnya berpacu. Kayak ayam boiler saja haha…#cittcitttcittt…😃

IMG_20191102_184927.jpg
Kalau kata nenek moyang urang awak sih, alam takambang jadi guru. Segala yang ditemui di alam ini mengandung nilai yang patut dipedomani. Termasuk si kedondong ini. Ia yang mulus kulit luarnya berbanding terbalik dengan isinya yang penuh duri. Jadilah orang orang mengkonotasikannya sebagai contoh buruk.

Kalau kata orang sih, kedondong itu perwujudan manusia baik di luar namun penuh keburukan di dalam dirinya. Dikeprak keras dulu barulah terbongkar isinya. Eh tau tau masam pula rasanya. Maka berakhirnya nasibnya di tong sampah. Malang benarlah nasibmu, ndong. 😂

Lain pula ceritanya dengan si raja buah. Walau berduri pun orang orang memujanya. Kulitnya yang duria-an itu kontras dengan isi dalamnya yang lembut dan lembek. Meski sering bikin terluka tapi tetap dicari dan dihargai tinggi.

Di mana pun ia berada orang akan mudah mengenalinya. Ia diperlambangkan seperti sikap manusia yang ceplas ceplos apa adanya tapi baik n tulus hatinya. Ah, hebat sekali si durian ini. Bagai langit dan bumi nasibnya dengan si kedondong. Macam di negri dongeng saja. 😆

Tapi apa pun lah kata orang. Bagi saya kedondong tetaplah buah istimewa. Gak tega saya nyama nyamin dengan hitam putih sifat manusia hihi.. Apa yang tak terkandung dalam buah durian ada pada kedondong. Begitu pun sebaliknya. Masing masingnya istimewa. Sama juga dengan manusia, sih ya. Tiap individu yang hadir di hadapan kita itu adalah produk sejarah masa lalunya. Gak adil kalau cuma dilihat dari satu sisi saja, kacamata kita saja.

Bahkan si Joker sang penjahat pun punya masa lalu yang kemudian membuat orang orang berubah iba padanya. Banyak juga yang akhirnya memaklumi aksi jahatnya walau dalam kaca mata moral tetaplah harus berlaku hukum hitam putih.

Kembali pada kedondong yang saya dapatkan tadi. Ternyata walau sama rasa dan sifatnya, kedondong yang ini tak sekeras para pendahulunya. Tak perlu lagi dihempaskan ke sudut beton atau dilemparkan ke lantai. Cukup digigit saja ia sudah terkupas. Dan ukurannya pun kecil kecil. Durinya pun tak setajam pendahulunya. Mungkin menyesuaikan dengan masa waktu yang terpakai untuk tumbuh. Masih singkat asam garam kehidupan yang ditempuhinya. 😂

Jika sudah begini, apa masih berlaku konotasi yang disematkan pada bangsa kedondong ini?
Kabar baiknya, gak hanya kedondong yang digenjot cepat berbuah. Durian pun tak luput. Nampaknya harus sama sama kita terima, bahwa alam sedang berubah arah. Dan, apa iya berubah pula nilai nilai yang dibawanya pada manusia?

Tinggalkan komentar