Ikutan Sayembara Menulis dari Balai Bahasa

IMG_20180927_144153_321.jpg

Sekitar awal bulan agustus kemaren saya dikasih info sama uni Novia Erwida. Doi bilang ada lomba nulis yang diadakan oleh Balai Bahasa Sumbar. Trus, setelah baca baca tema dan persyaratan lomba, saya tertantang buat ikutan. Jadilah mulai ancang ancang nyari bahan.

Etapi pas setengah jalan, saya kok ngerasa gak bakalan cukup waktunya. DL (deadline)nya itu akhir agustus. Saya ambil tema arsitektur tradisional Minangkabau. Ada banyak sekali hal yang harus saya angkat. Saya sempat dilingkup rasa kewalahan. Terlebih nulisnya buat pembaca anak anak. Otomatis harus kerja dua kali. Selain masukin materi yang sejibun itu, saya juga harus menulis dengan pilihan kata yang simple, mudah dipahami anak. Dan ini tak mudah. Soalnya saya sedang berada di ‘zona dewasa’ saat itu. *jiaaahhh…* ^^

Lalu, mulailah ada bisikan untuk nyerah aja. Mungkin tahun depan aja ikutan lagi. Mulai loyo dan eneg. Saya terus keep contact sama uni Novia. Dan itu membantu saya tetap on fire. Saya lanjutin riset dan orat oretnya di kertas. Sekalian buka file lama yang kebetulan bahannya gak jauh beda. Dan ini yang saya bilang, riset gak akan merugikan kita sekalipun karyanya belum terbit atau tertolak. Lengkapnya ada di sini.

Siang malam riset dan kumpulin data serta pilah pilah materi, akhirnya riset selesai dalam waktu seminggu. Ah, apa, seminggu? Iya ding. Bagi saya yang malas malasan ini seminggu itu waktu yang lumayan singkat untuk tema berat. Dan yang membuat naskah itu selesai, saya ternyata menikmati prosesnya. Saya jadi tahu kenapa arah rumah gadang rata rata memanjang dari utara ke selatan. Jadi tahu alasan alasan ilmiah dari bentuk rumah gadang yang ganjil itu.

Seperti, kenapa badannya harus melengkung macam badan kapal, atau atapnya yang runcing menukik langit. Dan ada banyak lagi alasan alasan yang ternyata wow sekali jika dikaji. Saya benar benar salute sama arsiteknya. Mereka bisa mendisain rumah tradisional yang benar benar cocok dengan keadaan lingkungan yang rawan gempa dan gejala alam lainnya ini. Oh, betapa arif bijaksananya mereka itu. Gak sekolah tinggi, tapi bisa berpikir sejauh itu. Ckckck… seribu jempol untuk para arsitek tradisional Indonesia.

Nah, setelahnya, saya tetap lanjut nulis. Selesai dalam beberapa hari. Wow, ternyata setelah dijalani semua bisa selesai tepat waktu. Saya malah sempat endapin naskah sebelum diedit lagi. Singkat kata, jelang akhir bulan naskah saya print out. Trus kirim deh. Soal hasilnya gimana, saya pasrah aja. Yang penting doa, terus lupakan. Menang kalah mah tergantung rejeki. Yang penting saya menikmati proses nulisnya. Ada rasa puas ketika bisa menyelesaikan satu naskah. Kamu harus cobakan itu. 😉

Dan, di suatu siang yang panas, saya lagi ketak ketuk laptop di kamar, ibu saya manggil. Beliau bilang hp saya bunyi. Saya malas malasan angkat hp yang sedang dicas itu. Ternyata dari nomor tak dikenal, dan seperti biasa, saya ogah ogahan menerimanya. Eh ternyata suara di seberang bilang dari Balai Bahasa. Katanya udah nelpon berkali kali kok gak diangkat? Owmaigad, keteledoran yang sama terulang lagi dan lagi, saya gak dengar hp bunyi. Dan pas saya cek emang benar, ada banyak sekali missed call..ckckck, maafkeun saia..*uhukkk…

Ibu di seberang menyampaikan, saya diudang datang esok harinya untuk menerima hadiah. What? Maksudnya? Saya gak ngeh. Kenapa pula saya saya harus datang. Apa ada yang salah dengan naskah saya. Trus beliau bilang, naskah saya menang. Saya diundang datang buat ambil hadiah, bergabung dengan pemenang lainnya. Oooohh, Alhamdulillah. Saya langsung beryukur dan jingkrak jingkrak. Iya, begitulah. Semoga kedepannya lebih baik lagi, aamiin.
Terima kasih sudah mampir dan baca cuap cuap saya ini. ^_^

Tinggalkan komentar